Asa Pendidikan Maju dari Madrasah

Jumat, 02 September 2022
Penulis:

101 kali dilihat

35 kali dibagikan

Bismillahirrahmanirrahim

       Penulis lahir dari pasangan Bpk. Cepy Supriadi dan Ibu Mimin Mintarsih (almh). Anak pertama dari 3 bersudara, lahir di Tasikmalaya 24 Januari 1974. Penulis Lulus Diploma 3 (D3) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Niaga Universitas Winaya Mukti (UNWIM) 1997, S1 FKIP UNSIL Pendidikan Ekonomi Tahun 2004, S2 UNIGAL Program Studi Administrasi Pendidikan tahun 2019. Penulis pernah menjadi Kepala TPA,TKA dan PUD Kober  Al-Urwatul Wutsqa Perum Graha Persada Sindangkasih Kab. Ciamis dari Tahun 2009 sd. 2013, Pernah Mengajar di SMPN 1 Cibalong Kab. Tsikmalaya dari Tahun 2002 sd. 2009, Mengajar di MAN Cibalong Kab. Tasikmalaya ( MAN 5 Tasikmalaya ) dari Tahun 2002 sd. 2012 dan Pernah Mengajar di SMA Plus Nurul Ilmi Cibalong dari Tahun 2007 sd. 2013 Saat ini penulis sebagai Guru Ekonomi di MAN 3 Kota Tasikmalaya (Plus Keterampilan) dan diberi tugas tambahan sebagai Wakil Kepala  Bidang Sarana dan Prasarana,  dari Tahun2013 sd. Sekarang, juga aktif sebagai Ketua MGMP Ekonomi MA Kota Tasikmalaya, serta Pengurus MGMP Ekonomi MA Jabar.

Intro / Prolog

       Izinkan penulis mengawali penulisan artikel ini dengan mengucapkan hamdalah, karena sejatinya penulis tak punya kuasa apapun untuk membahas tema, menyusun kata demi kata, paragraf demi paragraf hingga menjadi sebuah kalimat, tanpa petunjuk dan kekuatan dari Alloh SWT. Salawat beserta salam tetap tercurah limpahkan kepada baginda Rasul  Nabi Muhammad SAW. Yang telah menyampaikan banyak pelajaran dan hikmah kehidupan, tidak terkecuali pelajaran hikmah kehidupan dalam mendidik anak agar saleh dan salehah, itulah Asa Pendidikan Maju dari Madrasah.

       Memberikan Pendidikan yang terbaik merupakan kewajiban yang harus kita penuhi sebagai orang tua. Bahkan Nabi  menyebut pemberian pendidikan kepada anak lebih baik daripada bersedekah “ Tiada suatu pemberianpun yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain Pendidikan yang baik.” ( HR.Al-Hakim) begitu juga dengan kurikulum, kurikulum merdeka yang sedang hangat di perbincangkan.

       Apa yang dimaksud dengan Kurikulum Merdeka ?.. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapakan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaianpembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat konten mata pelajaran.( https://linktr.ee/k_merdeka) 

        Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan -perubahan kurikulum termasuk Kurikulum Merdeka ini, di harapkan senantiasa menjadi “ Asa Pendidikan Maju dari Madrasah” khususnya dan Sekolah – sekolah pada umunya di negara yang kita cintai ini.

        Kurikulum merdeka disusun dengan memperhatikan bagaimana mengaplikasikannya di masing-masing jenjang Pendidikan terutama dalam Kurikulum Merdeka SMA/SMK/MA ada beberapa hal penting salah satunya adalah penghapusan Ujian Nasional. Kurikulum ini memang tidak dipaksakan untuk secara sekaligus diterapkan oleh seluruh sekolah/madrasah mengingat bahwa kesiapan sekolah / madrsah tentu berbeda-beda, akan tetapi, secara bertahap kurikulum Merdeka diharapkan dapat diimplementasikan secara merata pada setiap satuan Pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. 

       Merujuk pada Keputusan Mendikbud Ristek No.162/M/2021 tentang Sekolah penggerak ada sejumlah manfaat dalam penerpan Kurikulum Merdeka Belajar : diantaranya Kepala Sekolah, guru, orang tua, dan pemerintah daerah dapat Bersama-sama mencari solusi yang efektif, efesien dan cepat terhadap kondisi, tentang dan permasalahan Pendidikan di masing-masing sekolah / madrasah. Sehingga dengan demikian dapat memberikan kesempatan yang lebih luas bagi tiap peserta didik / siswa untuk memahami materi pembelajaran dan bertanya tentang hal yang belum diketahui. 

        Memberikan teladan yang baik merupakan kewajiban bagi orangtua kepada anaknya. Kenapa? Karena orang tua adalah panutan tertinggi bagi anak dan menjadi teladan yang harus di contoh. Seorang anak akan mudah mengikuti perilaku dan gerak gerik orangtua tanpa mereka sadari, karena orang tua banyak  keterbatasan dari berbagai segi maka orang tua menyerahkannya ke Lembaga Pendidikan yaitu sekolah/ madarasah otomatis disini gurulah yang harus bisa memberikan suri teladan, guru harus bisa menjadikan peserta didik sebagai gambaran orangtua yang mana otak anak memang laiknya sebuah spons yang dapat menyerap apa saja yang terjadi di lingkungan.

        Kenapa bisa begitu?  Bila di lihat dari ilmu hypnosis – cabang ilmu psikologis-, hal ini dikarenakan pikiran sadar seorang anak belum berkembang sepenuhnya. Tugas pikiran sadar adalah menyaring segala informasi yang masuk ke dalam pikiran, karena belum berkembang, maka informasi yang masuk dalam pikiran tidak akan tersaring, sehingga semua informasi akan masuk semua, tidak pandang informasi yang baik dan buruk. Setelah masuk informasi itu akan terpatri kuat dalam pikiran bawah sadarnya dan akan menjadi ingatan yang kuat dalam diri seorang anak.

        Dengan demikian, bisa di pahami bahwa baik buruknya anak tergantung pada sosok yang menjadi panutannya, yakni kedua orangtuanya dan kita sebagai guru. Bila mereka adalah orang juju, bisa dipercaya suka menepati janji, dan sebagainya, maka sianak pun akan tumbuh menjadi anak yang serupa dengan orangtuanya dan orang – orang disekeliling mereka yaitu gurunya. Begitu juga sebaliknya.

        Umar bin Atabah pernah menuliskan sebuah memo bagi para orangtua,” Jadi, Langkah awal untuk mendidik anak ialah dengan memperbaiki dirimu. Sesungguhnya, mata mereka akan terpatri pada apa yang ada pada dirimu. Bila kamu melakukan kebaikan, mereka akan melakukannya, dan bila kamu melakukan sesuatau yang buruk, mereka tidak akan meninggalkannya” Inilah gambaran buat kita semua sebagai orangtua dan juaga sebagai tenaga pendidik begitu besar tanggungjawab kita untuk mendidik dan membingbing peserta didik yang nota bene begitu besar  tantangan baik dari dalam maupun dari luar untuk itu smoga kita semua bisa menyikapinya dengan sabar, ikhlas dan tulus.

          Penyusunan RPP dalam kurikulum merdeka dibuat dengan lebih efektif, efesien, dan berorientasi pada pembelajaran siswa, RPP yang selama ini seolah menjadi beban administratif para guru dan menyita banyak waktu kini sudah tidak lagi dapat dilanjutkan dengan metode konvensional. Penyusunan RPP tetap memperhatiakan inti dari RPP yang berisi tujuan , metode pembelajaran, dan metode penilaian.  Ini semua smoga tertanamkan rasa percaya diri kepada anak, karena RPP tersebut berorientasi pada siswa, seorang siswa / anak akan merasa percaya diri Ketika dia : 

Yakin pada diri sendiri, dengan kata lain dia percaya dengan kemampuan yang dia miliki. Pengalaman baru tidak akan membuatnya takut,khawatir, ataupun malu, karena dia merasa telah memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menjalani pengalaman baru tersebut.

Memiliki harga diri yang tinggi, Dia menghargai dirinya sendiri secara positif. Dia merasa yakin bahwa dirinya adalah yang baik. Bukan karena dia merasa sombong, justru karena dia menyukai dirinya sendiri dan bangga terhadap perilakunya, baik pada lingkungan sosial, Pendidikan, atau jasmaninya. Intinya dia merasa nyaman dengan dirinya sebagai seorang individu.

Memiliki konsep diri yang baik, Anak yang percaya diri Bahagia dengan dirinya karena orang lain bersikap positif terhadapnya. Dorongan orangtua Ketika dia berhasil menyelesaikan tugas atau meneyelesaikan tantangan akan meningkatkan konsep dirinya ( cara dia mandang diri sendiri). Karena dengan begitu, dia merasa bahwa orangtuanya mendukung dan mendorongnya.

        Dalam penilaian , Kurikulum 2013 menggunakan penilaian yang bersifat formatif yang membagi penilaian menjadi pnilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sedankan dalam Kurikulum Merdeka, penilaian menggunakan system asesmen yang  disesuaikan dengan tahap capaian peserta didik dengan mempertimbangkan komponen penguatan profil Pelajar Pancasila. Tidak terdapat pemisahan serta penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan, Dengan demikian penilaian dalam Kurikulum Merdeka diharapkan dapat mengimplementasikan apa yang diharapakan Lembaga dalam hal ini sekolah/madrasah dan tenaga pendidik/ Guru mempunyai kewenangan dalam menentukan penilaian, oleh karena itu seorang guru perlu untuk memahami secara penuh esensi dari Kurikulum Merdeka.

        Demikian kiranya harapan – harapan” Pendidikan Maju dari Madrasah”, semua orangtua tentu ingin melihat anak-anaknya tumbuh cerdas,pintar,soleh, dan sukses. Demi tujuan tersebut bebagai cara pun dilakukan termasuk perubahan – perubahan kurikulum, namun, di zaman modern ini, tantangan mendidik anak pun terasa kian berat, apalgi ditamabah pengaruh buruk media serta lingkungan pergaulan yang sudah “scratched” oleh budaya luar, hal ini tentu membutuhkan peran penting orang tua dan guru dalam mendidik anak-anaknya.



DAFTAR PUSTAKA

M.Irrsyad. 2019  Alangkah Bijaknya Nabi Muhammad SAW. Mendidik Anak

Masdar Helmy.2012 Keteladanan Akhlak Rasululloh SAW.

Dedi Iskandar Muda.2008. Jurnalistik televisi menjadi reporter professional. Bandung. Remaja Rosdakarya

https//gurubelajar.id/bagaimana-penerapan-kurikulum-merdeka-sma

 https://linktr.ee/k_merdeka