Ihtishab Amaliah Ramadhan

Selasa, 05 Mei 2020
Penulis:

296 kali dilihat

64 kali dibagikan

Ihtishab Amaliah Ramadhan

Oleh: H. Asep Jaelani, S.Ag

JFU Seksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kab. Bandung

 

Andai PLN hari ini mengumumkan akan ada perbaikan jaringan listrik yang mengangakibatkan terjadinya pemadaman listrik sampai esok hari, pasti hal ini akan membuat “kepanikan”. Mungkin ada yang menyiapkan senter, baterai, lilin, korek api bahkan mungkin persiapan untuk buka dan sahur shaum. Akan tetapi, pernahkah terlintas dalam pikiran, andai Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan yang terakhir dilalui, apa yang telah kita siapkan ? Amal apa yang telah kita lakukan ?

Ramadhan adalah sebuah Isim Masdar dalam istilah bahasa Arab  yang berasal dari kata “Ar-Ramadh” kemudian ditambah hurup alif dan Nun menjadi Ramadhan, yang berarti “Syiddatul Hurri” ( sangat panas ) atau berarti pula “Pembakaran” yaitu membersihkan benda-benda berkarat dengan cara membakarnya. Sementara, pendapat lain bahwa kata Ramadhan itu sudah tauqify ( baku ) karena Allah swt lah yang memberikan nama tersebut, sebagaimana firmanNya

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an “ ( QS Al-Baqarah 185 ).

Melalui proses pembakaran, Ramadhan akan mengubah dari pribadi “Manusia Biasa” menjadi  “ Manusia Muttaqin “ yang memberi insprirasi  warna diri menjadi warna warni dengan amaliyah Ramadhan. Diharapkan ke depannya, para shoimin Ramadhan setelah ditempa, digembleng dan dilatih medan latih Ramadhan berubah menjadi manusia yang mampu meraih titian ilahi, kuat menahan hawa nafsu, lebih giat qiyamullail, lebih rajin membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, tambah dermawan kepada sesama.  Tentu, semua pencapaian itu tidak sebatas dalam  angan dan harapan. Ini bukan sebuah mimpi. Semua pencapaian itu harus dengan ilmunya. Artinya, shaum Ramadhan tampa dibarengi dengan ilmu hanya akan menghasilkan Puasa Minimalis yaitu minimal tidak makan dan tidak minum. Hanya sebatas itu ! Sungguh Terlalu ! Rasulullah saw mensinyalir, betapa banyak orang yang shaum Ramadhan akan tetapi ucapannya tidak konstrukti. Tak terbilang orang yang qiyam malam tapi ia hanya mengenyam kesunyian malam. Ini sangat berbahaya dan sangat merugikan karena akan distempel oleh Rasulullah saw :

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang shiyam Ramadhan tetapi tidak mendapatkan pahala shaumnya kecuali lapar dan haus”. ( HR At Thabrani)

Untuk mengubahnya, dia harus Shaum Maximalis. Artinya, harus mengisi hari-hari shaumnya dengan kegiatan amal shaleh yang padat, siang malam harus diisi dengan ibadah yang maksimal sesuai dengan kemampuanya. Shaumnya harus dijalankan dengan taktis sesuai dengan ilmunya dan mengikuti tata cara yang dari Rasulullah saw.

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِيْ اَنْ يُتَحَفَّظَ مِنْهُ

“Barang siapa yang shaum Ramadhan dan mengetahui batas aturanya serta menjaga apa-apa yang seharusnya dijaga maka dia akan diampuni segala dosanya yang telah lalu” ( HR Ahmad dan Al-Baihaqi dari Abu Said Al-Khudry ).

Musthafa Al-Siba’i, dalam Hikmah Al-Shaum Wa Falsafatuhu mengatakan bahwa Shoimun yang benar akan memperbaiki apa-apa yang telah rusak, memperbaharui yang telah usang dan mampu mengobati segala sesuatu yang sakit.

Kalau boleh ditamsilkan untuk dijadikan ibrah { teladan ), shaum yang bisa mengubah segalanya adalah SHAUMNYA ULAT bukan SHAUMNYA ULAR yang tidak membawa perubahan sama sekali. Supaya kembali muda, seekor ular akan berpuasa yang disusul dengan proses ganti kulit yang baru. Yang namanya ular tetap saja ular. Tampang, bentuk dan tampilannya tetap ular. Cara jalannya masih sama. Makannya masih itu - itu juga. Bahkan, sifat dan kelakuannya tak berubah, jika mematuk bisa membuat celaka. Berbeda dengan ulat. Sekalipun ulat kadang membahayakan, ulat akan puasa selama 40 hari. Mirip dengan hitungan shalat Arbain bagi jamaah haji selama di Madinah atau hitungan Hadis Arbain. Dalam masa puasanya, terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dalam tubuhnya, terstruktur, sistematis dan massif. Kemudian, ditengah-tengah tapanya, namanya segera berganti menjadi kepompong. Usai puasanya, namanya dijuluki menjadi Kupu-Kupu. Tampang, bentuk dan tampilannya semakain lebih cantik. Cara jalannya dulu merayap sekarang terbang. Makanannya dari daun menjadi madu. Sifat dan kelakuannya ? Masya Allah ! Dia membantu penyerbukan untuk sebuah proses pembuahan yang paling sempurna pada setangkai bunga yang manfaatnya dapat dipetik dan dirasakan oleh berbagai kalangan.

Indahnya lukisan ini. Ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Dengan shaum, seorang mukmin akan benar-benar menjadi orang yang bertaqwa.

Inilah tujuan akhir shaum Ramadhan. Ramadhan berfungsi pembersih kotoran yang melekat dalam diri seorang mukmin karena ditengah perjalanan hidupnya terseret ajakan hawa nafsu dan godaan syetan yang selalu mengikuti setiap insan. Bila seorang mukmin mampu mengisi dengan amaliyah Ramadhan, hatinya akan menjadi bersih, jiwanya akan menjadi jernih, prilakunya akan teruji dan akan mampu menemukan jati dirinya yang selama ini kadang hanyut dibawa nafsu angkara, kembali menemukan fitrahnya yaitu fitrah Allah yang dianugrahkan kepada manusia. Hal ini difirmankan Allah swt dalam surat Ar-Rum 30.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama ( Allah ),

(tetaplah atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia dengan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. ( Itulah ) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”.

Mumpung Ramadhan masih dalam perjalanan, mumpung nikmat sehat dan usia masih dalam dekapan badan, saatnya kita muhasabah dan menjadwal ulang aktifitas perjalanan Ramadhan tahun ini, agar Ramadhan ini sarat dengan makna kepada diri dan sesama. Lebih baik kita mandi keringat di medan latih Ramadhan dari mandi darah di medan laga. Lebih baik terguyur peluh di kala muda daripada tergenangi air mata di saat renta.

Ya Allah, percantik agama dan kehidupan kami. Saratkanlah usia kami penuh makna. Berkahkan ibadah shiyam dan qiyam, jadikanlah kami insan yang dzikir, jadikan pula kami insan yang syakir, yang semata-mata taat dan patuh atas perintah-Mu. Amin Yaa Rabb