Selalu Ada Pelajaran

Kamis, 10 Agustus 2023
Penulis:

55 kali dilihat

77 kali dibagikan

Suatu hari, seorang raja mengajak pengawalnya pergi ke hutan untuk berburu. Pengawal pun dengan cekatan mempersiapkan berbagai peralatan berburu  dan tak lupa kuda yang gagah pun sudah dipersiapkan yang akan ditunggangi sang raja.

Raja dan pengawal itupun menuju hutan dan sesampainya di hutan tempat yang dituju untuk berburu. Sang raja pun akhirnya menemukan seekor kijang dan langsung mengarahkan dan melepaskan panahnya ke arah kijang tersebut.

Namun, ketika sang raja mengarahkan panahnya ke hewan buruan, sang raja terjatuh yang mengakibatkan jari telunjuk yang kanan patah.

Sepulangnya raja dan pengawal dari hutan, raja pun akhirnya menghukum pengawal yang mengikuti seharian di hutan. Tanpa basa-basi, sang raja memanggil pengawal kerajaan untuk memenjarakan pengawal yang ikut berburu selama berada di hutan.

Beberapa bulan setelah peristiwa itu terjadi, sang raja pun kembali berburu, namun tak biasanya, ia berburu tidak mengajak siapapun. Ia berangkat sendirian menuju hutan. Namun tak disangka, sang raja ditangkap oleh penduduk asli hutan di mana ia berburu. Kebetulan, penduduk asli hutan tersebut akan mengadakan persembahan manusia yang mereka tangkap dengan syarat tanpa ada cacat sedikitpun.

Sang raja pun kemudian diperiksa semua anggota badannya, Kemudian penduduk asli hutan tersebut yang memeriksa raja melaporkan kepada pimpinannya bahwa orang yang ditangkapnya memiliki cacat di tangannya berupa jarinya potong. Kemudian sang raja tidak jadi untuk dijadikan persembahan, ia pun kemudian dibebaskan.

Selepas dibebaskan, sang raja kembali ke kerajaan dengan penuh haru. Beberapa hari setelah kejadian tersebut sang raja pun akhirnya ingat kepada pengawal yang pernah menemaninya. Ia pun mengeluarkan dari penjara pengawal yang ia penjarakan. Selepas bertemu antara sang raja dengan pengawalnya tersebut, sang raja meminta maaf kepada pengawal itu yang telah memenjarakan tanpa sebab.

Namun pengawal tersebut sedikitpun tidak menampakkan rasa kesal atau pun marah kepada rajanya. Namun, pengawal tersebut mengucapkan terima kasih kepada rajanya yang telah memenjarakan dirinya.

"Paduka raja, terima kasih sudah memenjarakan diri ini, karena kalau tidak dipenjara, mungkin saya yang menjadi korban persembahan penduduk hutan,” sahut pengawal kepada sang raja.

Itulah sebuah cerita fiktif, namun terdapat pesan yang inspiratif bahwa kita harus selalu mengedepankan sikap baik sangka terhadap apa yang saat ini kita alami dan hadapi. Karena di balik sebuah peristiwa ada pelajaran yang dapat kita petik bagi keberlangsungan hidup ini.

Terkait dengan itu, suatu hari saya bersama salah seorang saudara mencari rumput untuk pakan hewan ternak, saat mencari rumput tiba-tiba arit (sabit) yang digunakan saudara saya ujungnya potong saya pun sempat menasihatinya agar berhati-hati menggunakan arit tersebut.

Keesokan harinya, kami pun mencari rumput kembali, namun ada sesuatu yang tak terduga tangan saya kena ujung arit yang pernah potong ujungnya, Alhamdulillah saya tidak terluka parah. Pada saat itu, saya pun kembali mengingat peristiwa potongnya ujung arit tersebut, seandainya tidak potong bisa jadi tangan saya akan terluka parah terkena ujung arit tersebut.

Peristiwa yang saya alami ini, tentu menjadi pelajaran bahwa kita harus selalu mengedapankan baik sangka (husnudzan) kepada Sang Khalik, karena boleh jadi peristiwa tersebut mengandung kebaikan. Hal inilah harus disikapi secara bijak oleh kita, bisa jadi kita menganggap sebuah peristiwa atau keadaan yang kita alami ini sesuatu yang buruk, namun dalam pandangan Allah SWT ternyata sesuatu yang baik untuk kita.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 216 yang artinya: “... Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Ada sebuah pelajaran berharga, ketika masa Nabi Muhammad Saw, ada seorang sahabat bernama Tsa’labah, ketika kondisi miskin ia istiqomah menjaga shalat berjamaah di masjid bersama Rasulullah Saw, namun ketika sudah menjadi kaya raya, ia tidak sempat berjamaah bahkan ketika Rasulullah mengirim utusan untuk meminta zakat mal, Tsa’labah tidak mengeluarkan zakatnya. Kemudian turunlah Surah Al-Taubah ayat 75-77, Tsa’labah mengetahui hal tersebut, kemudian ia mendatangi Rasulullah untuk menunaikan zakat. Namun, Rasulullah menolak karena zakat yang akan dikeluarkan Tsa’labah bukan didasari keimanan begitupun para sahabat Nabi Muhammad Saw menolak zakat Tsa’labah.

Banyak para ulama yang dipenjara tanpa ada alasan yang jelas namun menghasilkan karya yang luar biasa. Misalnya, Buya Hamka sebelum masuk  penjara beliau menyelesaikan tafsir Al-Qur’an baru sebanyak dua juz. Pada 27 Januari 1964, sebanyak 28 juz diselesaikannya di balik jeruji. Tafsir yang kemudian diberi judul “Tafsir Al-Azhar” Buya Hamka mengungkapkan kegundahan hatinya melalui ayat-ayat yang sedang ditafsirkannya.

Dikutip dari republika.co.id, ketika Jenderal Sucipto Yudodiharjo, Menteri Angkatan Kepolisian yang secara resmi ditugaskan untuk melepas Buya Hamka dari tahanan. Buya Hamka pun berkata:

“Saya yang mengucapkan terima kasih pada Bapak, selama dua tahun ditahan di RS Persahabatan, saya berhasil menyusun tafsir Al-Qur’an yang kalau di luar tahanan perlu waktu 20 tahun untuk menyelesaikannya,” kata Buya bijak.

Atas dasar itu, setiap peristiwa mengajarkan banyak hal yang harus dipetik oleh kita. Hal itu tiada lain dalam rangka menguji kualitas keimanan agar kita senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Semoga kita termasuk hamba yang pandai bersyukur serta meraih kebaikan dari setiap peristiwa.


Dadan Saepudin (Ketum PGMNI Kab. Bandung Barat, Pendidik di MTs KPM Sindangkerta, dan Kepala RA An-Najah Gununghalu)