Marhaban Yaa Ramadhan : Bulan Penuh Berkah

Sabtu, 25 Maret 2023
Penulis:

556 kali dilihat

51 kali dibagikan

Oleh : KH. Amin Baejuri Asnaf, S.Ag., M.Pd.I.

(Katim Seksi Pendidikan Al Qur'an Bidang PD. Pontren Kanwil Kemenag Prov. Jabar)

A.   Marhaban Yā Ramadhan

               Hadirnya bulan Ramadhan setiap tahun selalu menggugah nurani ummat muslim. Keceriaan, kegembiraan dan kesukacitaan senantiasa menghiasi muka-muka mereka. Mereka menyambut dan menyongsong datangnya bulan puasa yang penuh rahmat dan berkah itu tak ubahnya menyambut dan menyongsong datangnya seorang tamu yang mulia dan agung. مرحبا يارمضان, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita di-asah dan di-asuh guna melanjutkan perjalanan menuju Ridha Allah SWT serta berada dalam kehidupan yang penuh berkah dan kemulyaan.  


Rasulūllah SAW bersabda :

أتاكم رمضان سيد الشهور فمرحبا به وأهلا، جاء شهر الصيام بالبركات، فأكرم به من زائر هو آت. (رواه الطبرانى)

Akan datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu seluruh bulan. Marhaban (selamat datang) kepadanya dan mudah-mudahan kita semua menjadi ahli keluarganya. Bulan puasa datang dengan membawa segala keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu (pengunjung) yang akan tiba itu. (HR. Thabrani)

“مرحبا”, kata tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di-arti-kan sebagai kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti “selamat datang”). Ia sinonim dengan kata أهلاوسهلا  yang mempunyai arti “selamat datang”. Sekilas terkesan sama artinya yaitu “selamat datang” dari dua kalimat tersebut, tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan أهلاوسهلا untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan tetapi dengan kata “مرحبا يارمضان”. Kata أهلا terambil dari kataأهل  yang artinya keluarga sedangkan kata سهلا berasal dari kata سهل yang berarti mudah, juga berarti “dataran rendah” karena mudah dilalui tidak seperti jalan mendaki. أهلاوسهلا adalah ungkapan selamat datang, yang didalamnya terdapat kalimat tersirat berupa (Anda berada di tengah) keluarga, kelompok, kumpulan dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah. Sedangkan kata مرحبا berasal dari kata رحب yang mempunyai arti “luas” atau “lapang” shingga pada saat kita mengatakan مرحبا menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh dengan rasa gembira serta dipersiapkan baginya ruang yang luas dan baik untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan مرحبا terbentuk kata رحبت yang berarti ruangan luas untuk kendaraan, untuk mendapatkan perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan. “مرحبا يارمضان” berarti “ selamat datang Ramadhan”, mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada (dipenuhi dengan ma’af-mema’afkan) penuh dengan kecintaan dan kegembiraan tidak dengan kebencian, kedengkian, penyesalan dan tidak pula menganggap kehadirannya “mengganggu ketenangan” suasana nyaman kita.

B.   Puasa Ramadhan dan ketentuan hukumnya.

         Ibadah adalah indikasi yang positif bagi ‘aqidah, penjelmaan yang praktis, dan bukti yang benar baginya. Diantara amalan ibadah adalah shaum (puasa) pada bulan Ramadhan. Ibadah shaum ini sebagai suatu kewajiban yang secara jelas merupakan pilar atau rukun Islam yang ke empat (setelah Syahadat, Shalat, dan Zakat) yang di syari’atkan oleh Allah SWT pada tanggal 10 bulan Sya’ban tahun ke-dua hijriyah. Rasūlullah SAW sempat shaum selama 9 kali bulan Ramadhan (9 tahun). Dengan masing-masing 29 hari, dan satu kali Ramadhan yang umurnya 30 hari.

Hukum puasa dalam al Qur’an ditemukan dalam surat al Baqarah [2]:183,184,185 dan 187. ini berarti bahwa puasa Ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah.

يأيها الذين ءامنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون  (البقرة: ١٨٣)

Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (al Baqarah [2]:183)

     Melihat Surat al Baqarah ayat 183 yang menjadi dasar wajibnya puasa tidak menggunakan kata perintah seperti shalat, zakat dan haji tetapi firman Allah SWT ini dalam puasa menggunakan kata kerja pasif dan di-awali oleh kata kerja fi’il madhi  ءامنوا dengan tidak menyebut siapa yang mewajibkan, karena pada hakikatnya disadari atau tidak manusia pada fitrahnya membutuhkan puasa. Orang-orang yang melaksanakan puasa adalah benar-benar telah tertanam pada dirinya keyakinanya sehingga dengan tulus-ikhlas ia akan mengerjakan dan mengucapkan “سمعناوأطعنا” kami mendengar dan kami ta’at (melaksanakan).

            الصوم (al Shaum) dari segi bahasa maknanya berarti “menahan, berhenti atau tidak bergerak” menurut istilah dalam syariat Islam ialah menahan diri dari segala macam makanan, minuman dan bersetubuh dengan istri, mulai dari terbit fajar shidiq (subuh) sampai terbenam matahari (magrib) dengan niat dan syarat-syarat yang tertentu. Syarat-syarat yang mewajibkan puasa ada empat :

 

1.     Islam.

2.     Baligh (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda-tanda yang lain. Sebagaimana hadis Rasūlullah yang diriwayatkan oleh Abu Dāwud dan Nasa-i.

 رفع القلم عن ثلاث عن النائم حتى يستيقظ وعن المجنون حتى يفيق وعن الصبي حتى يبلغ

  ( رواه أبو داود والنسائى)

            “Tiga orang terlepas dari hukum ; 1. orang yang sedang tidur hingga ia bangun, 2. orang gila hingga ia sembuh, 3. anak-anak sampai ia baligh.” (HR. Abu Dāwud dan Nasa-i)

3.     berakal. Orang gila tidak wajib puasa.

4.     Kuat (Mampu) berpuasa.

 

Demikian juga rukun puasa ada empat :

1.     Niat pada malam hari, yaitu setiap malam selama bulan Ramadhan. Yang disebut dengan malam adalah malam sebelumnya. Sebagaimana hadist Nabi SAW.

 من لم يجمع الصيام قبل الفجرفلا صيام له  (رواه أحمد وابن حزيمة وابن حبان)

            “Barang siapa yang tidak berniat puasa pada malamnya sebelum fajar terbit, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Ahmad, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban).

2.     Menahan diri dari makan minum.

3.     Menahan diri dari jima’ (bersetubuh dengan isteri).

4.     Menjaga dari hal-hal yang membatalkan puasa.

 

Hal-hal yang membatalkan puasa sebagai berikut :


        1.     Makan dan minum dengan sengaja (QS. Al Baqarah [2]:187).

وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود من الفجر  (البقرة: ١٨٧)

          Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.

2.     Memasukkan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang telinga, hidung, dan sebagainya, ini menurut sebagian ulama sama dengan makan dan minum mereka mengambil alasan dengan qiyas.

3.     Muntah yang disengaja. Hadist Nabi dari Abu Hurairah.

مَنْ ذرعه القيئ ُفليس عليه قضاء وَمَنِ استقاءَ عمدا فليقضِ  (رواه أبو داود واترميذى وابن حبان)

Rasūlullāh SAW telah bersabda “Barangsiapa terpaksa muntah, tidak wajib mengqadha puasanya; dan barangsiapa yang mengusahakan muntah, maka hendaklah dia mengqadha puasanya.” (HR. Abu Dāwud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)

4.     Bersetubuh (hubungan suami istri di siang hari). Firman Allah SWT.

 أحل لكم ليلة الصيامِ الرفث الى نسائكم (البقرة: ١٨٧)

            Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur (bersetubuh) dengan isteri-isterimu (al Baqorah [2]:187).

5.     Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah habis melahirkan).

6.     Gila.

7.     Keluar seperma dengan disengaja.

8.     Murtad (keluar dari Islam).

 

C. Keistimewaan dan Keutamaan Bulan Ramadhan

        رمضان berasal dari kata رمض يرمض رمضا artinya panas membakar, panas membakar ini bisa berasal dari sinar matahari. Orang Arab dahulu ketika memindahkan nama-nama bulan dari bahasa lama ke Bahasa Arab, mereka namakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilaluinya. Ramadhan bermakna panas membakar juga didasarkan karena perut orang-orang yang berpuasa tengah terbakar pada bulan itu akibat menahan makan minum seharian. Panas membakarnya bulan Ramadhan bisa juga berarti karena bulan Ramadhan memberikan energi untuk membakar dosa-dosa yang dilakukan manusia. Bulan Ramadhan yang senantiasa hadir setiap tahun pada dasarnya adalah “مدرسة” (pembelajaran) dan “رياضة” (latihan) atau wahana penggemblengan dan pemanasan diri agar manusia menjadi baik di-antara sesamanya baik hubungan horizontal (حبل من الناس) dan baik pula dengan sang Pencipta yaitu Allah SWT, hubungan vertikal (حبل من الله), samapi akhirnya tercermin karakter Muttaqīn.

  Begitu mulia dan agungnya bulan Ramadhan, yang bisa membawa mereka menjadi suci-bersih dan mendapat kemulyaan, keberuntungan dan ampunan Ilāhi. Sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga, dan bila perjalanan itu terus dilanjutkan akan ditemukan kendaraan الرحمن untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasih yang selalu dirindukan, dinantikan dan terus di-ingatnya yaitu Rabb Allah SWT. Dengan ksih sayang-Nya didalam bulan Ramadhan Allah SWT memuliakan dan melipatgandakan amal-amal hamba-Nya seperti yang difirmankan dalam QS. Al Qadr [97] : 1-3

إنا أنزلناه فى ليلة القدر. ومآ ادراك ما ليلة القدر. ليلة القدر خير من الف شهر.    (القدر :١–٣)

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur’an) pada malam kemulyaan (lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan (lailatul Qadr) itu ? Malam kemulyaan (lailatul Qadr) itu lebih baik daripada seribu bulan.  (QS. Al Qadr [97]:1-3)


Rasulūllah SAW bersabda : 

 قد جاءكم شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه، فيه تفتح ابواب الجنان وتغلق فيه أبواب الجحيم وتغل فيه الشياطين، فيه ليلة خير من ألف شهر، من حرم خيرها فقد حرم.  (رواه أحمد والنسائى عن أبو هريره)   

 

Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan atas kamu berpuasa. Di dalam bulan ini, dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan tokoh-tokoh syaithan dibelenggu. Didalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa terhalang dari kebaikan bulan ini maka benar-benar ia terhalang (dari rahmat Allah SAW). (HR. Ahmad dan Nasaa-i dari Abu Hurairah r.a)

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه  (رواه البخارى ومسلم)

Barangsiapa melakukan puasa Ramadlan dengan keimanan dan keikhlasan maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. Bukhori dan Muslim).

Untuk mengisi bulan Ramadlan yang begitu istimewa bagi makhluk Allah yang namanya “manusia” dianjurkan untuk memperbanyak membaca kitab suci al Qur’an, apakah sendiri atau bersama-sama (tadarrus), ber-I’tikaf, berdzikir dan bershadaqah serta amal shaleh lainnya. Setiap tahun dibulan Ramadhan malaikat Jibril menemui Rasulūllah SAW untuk bertadarrus al Qur’an sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim.

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يلقاه جبريل فى كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن  (رواه البخارى ومسلم)

Setiap malam Ramadhan, Jibril menjumpai Rasūlullāh SAW, dia (Jibril) melakukan tes hafalan (tadarrus) al Qur’an beliau (Muhammahd SAW). (HR. Bukhari dan Muslim).

تسبيحة فى رمضان أفضل من ألف تسبيحة فى غيره  (رواه الترميذى)

Membaca tasbih satu kali di bulan Ramadhan lebih utama dari pada membaca tasbih seribu kali di bulan lainnya. (HR. At Tirmidzi)

عن أنس قيل يارسول الله اي الصدقة أفضل ؟ قال : صدقة فى رمضان   (رواه الترميذى)

Dari Anas, Ditanyakan kepada Rasūlullāh SAW., Kapankah Shadaqah yang lebih baik ? Jawab Rasūlullāh SAW Shadaqah yang paling baik ialah shadaqah pada bulan Ramadhan. (HR. At Tirmidzi)

من أفطر صائما فله اجر صائم ولا ينقص من اجر الصائم شيئ   (رواه الترميذى)

Barang siapa yang memberi makanan untuk berbuka bagi orang-orang yang berpuasa, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala orang yang puasa itu, (sedang pahala orang yang puasa) tidak berkurang sedikitpun. (HR. At Tirmidzi).

D.   Tujuan Puasa

       Setiap apa Bagikan Via