Ramadhan; Membentuk Pribadi Menjadi Jujur dan Santun

Kamis, 20 April 2023
Penulis:

253 kali dilihat

49 kali dibagikan


Oleh : KH. Amin Baejuri Asnaf, S.Ag., M.Pd.I. 

Ketua Tim Peningkatan Kualitas Pendidikan al Qur’an Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag JABAR

 

ألله أكبر  ×٩ الله اكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لآإله إلاالله  ولانعبد إلاإياه مخلصين له الدين ولوكره الكافرون لآإله إلاالله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده لآإله إلاالله والله أكبر  الله اكبر ولله الحمد

الحمد لله الذي جعل العيد ضيافة وكرامة للصائمين.  صلاة وسلاما دائمين متلازمين الى يوم الدين.  على رسوله الكريم محمدا المصطفى المتبع فى الدنيا والدين.  وعلى اله واصحابه الذين بدلوا نفوسهم لعزة الاسلام والمسلمين.  أشهد ان لا اله الاالله وحده لاشريك له الملك الحق المبين.  وأشهد ان محمدا عبده  ورسوله صادق الوعد الأمين.  فاتقوالله جعلنا الله و ايا كم من العا ئدين. أما بعد. أيها المسلمون اوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, قال الله تعالى فى كتابه العزيز الكريم  أعوذ بالله من الشيطان الرجيم,  بسم الله  الرحمن الرحيم . يآ أيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. (آل عمران:١٠٢) يآ أيها الذين ءامنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين. (التوبة : ١١٩).


Ma’asyiral muslimin yarhamukumullaah .......…


Hari ini kita berkumpul bersama di pagi yang penuh suka―cita merasakan kebahagiaan bersama, suasana dan nuansa seperti ini kita wujudkan totalitas ibadah kita dalam menyambut panggilan, undangan dan seruan Dzat Yang Maha Suci dengan melakukan ruku’, sujud, takbir, tahmid, tasbih dan tahlil kepada Allah ‘Azza Wajalla untuk mengharap Ridha dan Ampunan serta Rahmat-Nya.



Mari kita terus melatih diri untuk menanggalkan kehidupan rutin yang menggiring manusia pada kehidupan serba materialis syahwat duniawi. Saat ini kita mentraining dan mendiklat diri menghentikan putaran kesibukan dan menata kehidupan dunia yang sering melalaikan untuk memberikan penghayatan spiritual agar kita tidak terlena dalam kehidupan fana (rusak). Hari ini kita gunakan untuk shilaturrahim lahir dan batin dengan sesama manusia untuk mencairkan dan menghilangkan ketegangan dan kerenggangan diantara kita. Suasana seperti ini kita sama dihadapan Allah SWT, karena masing-masing tidak terikat oleh status kepangkatan, kedudukan, kekayaan, atau kebangsawanan bahkan kebangsaan sekalipun, kita bersama menghadap Allah SWT dengan merundukkan kepala yang biasa pongah, angkuh dan sombong, kepala yang selalu ingin ditopang oleh leher, kepala yang selamanya ingin berada di atas, saat ini kita tundukkan mencium tanah yang biasa kita injak sebagai perwujudan ibadah dengan khusyu’ dan khudhur untuk ruku’ dan sujud ibadah hanya karena-Nya semata.


 ولله الحمولله الحمد    ألله أكبر   ألله أكبر   ألله أكبر


Baru saja kita akhiri ibadah shaum Ramadlan, kita lalui jarak waktu selama sebulan yang di isi dengan segala kegiatan dan pengalaman ruhaniyah dan jasmaniah, kita penuhi sepanjang bulan tersebut dBaru saja kita akhiri ibadah shaum Ramadlan, kita lalui jarak waktu selama sebulan yang di isi dengan segala kegiatan dan pengalaman ruhaniyah dan jasmaniah, kita penuhi sepanjang bulan tersebut dengan segala aktifitas ibadah kepada Allah SWT dan amal kebajikan untuk kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman dan perniagaan yang tidak merugi.


  Sekarang kita sedang melanjutkan kehidupan hari kemarin, kita jalani bulan ini sebagai kemulyaan dan kemenangan, bulan Ramadhan yang telah mengantarkan kita untuk menyongsong hari esok yang hakiki. Pasca Ramadhan kita lihat dan dengar berbagai informasi seperti gairah dan gaya hidup manusia, gemerlapnya kota-kota besar yang dihiasi dengan gemerlap sinar lampu saat malam hari, bangunan yang terus tumbuh mengisi lahan-lahan kosong dan menjulang tinggi, bertebarannya kendaraan yang melaju sehingga tidak sedikit kemacetan yang menjadi pemandangan kerap terjadi.

Suasana seperti ini mari kita jadikan sebagai momentun untuk merenung (bertafakur) dan muhaasabah (introspeksi) diri, dalam kehidupan sosial terlihat adanya pergeseran dari nilai positif (akhlaq al kariimah) sudah mulai terkikis, kejujuran dan kesantunan sudah mulai asing diantara sesama, orang melakukan dan berbuat baik kepada orang lain dilakukan karena ada misi atas imbalan duniawi semata. Lahirnya amal shaleh dilakukan karena atas dasar kepentingan sesaat, baik peribadi, kelompok, dan golongan yang pada gilirannya hanya akan melahirkan halusinasi, frustasi, saling menggugat, membully, memfitnah, menghujat dan saling salah menyalahkan. Perilaku manusia yang didasari hanya dengan kepentingan hawa nafsu―duniawi dan sesaat itu justeru akan lenyap manakala kepentingan tersebut tidak terpenuhi, tanpa disadari-seolah-olah bahwa dirinya yang paling benar, paling pintar, paling besar, paling hebat, paling kuat, paling berkuasa, paling kaya dan seterusnya,... seolah-olah semua manusia kecil harus takluk dan tunduk dihadapanya..... Na’uudzu billaahi min dzalik.

 

Tidakah sadar, bahwa manusia sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat lemah, tidak berdaya, semuanya (faqir) butuh kepada Dzat Yang Maha Kaya, Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha memiliki, Maha Mengadili, Maha Bijaksana yakni Allah ‘Azza Wa Jalla. Maka kepada siapa lagi manusia berharap kecuali kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang-Nya kita diberi kesempatan telah selesai melaksanakan ibadah shaum ramadhan tahun ini dengan menikmati menghirup nafas setiap detik tidak pernah berapa kita harus menghabiskan biaya untuk membelinya. Dengan menghayati ibadah shaum ramadhan dan merasakan nikmat yang ada pada diri kita maka pada hari yang fitri (suci) ini diharapkan kita mampu menjadikan ramadhan untuk membentuk pribadi menjadi jujur dan santun, mari kita tanyakan pada diri kita;

 

Apa sesungguhnya yang menahan diri ini untuk beribadah kepada-Nya?...... Mengapa kaki ini merasa berat untuk melangkah ke tempat ibadah ?....... Apakah yang menahan kepala ini sehingga tidak mau bersujud kepada Allah Dzat Maha Pencipta?........ Apakah yang menahan lidah ini sehingga kaku dan bisu tidak membaca al qur’an dan berdzikir/Istighotsah kepada-Nya?..... Apakah yang menahan hati ini sehingga keras dan sulit mahabbah (merindukan) Allah Yang Maha Mulya?.... Apakah yang menahan pikiran ini sehingga tidak mendambakan Rahmat, Ridha, Ampunan dan surga-Nya?....... Mengapa tindakan dan perilaku ini sering menimbulkan maksiat dan dosa?......... Apakah yang mendorong jiwa ini sehingga cenderung melakukan zhalim dan maksiat?......... Mengapa harta kekayaan ini dibiarkan bercampur dengan yang haram dan syubhat?...... Mengapa diri ini selalu merasa benar padahal kebenaran mutlak milik Allah SWT,..... Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu, padahal hawa nafsu itu mendorong kepada keburukan, keangkuhan dan kesombongan?...... Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang berani melanggar perintah dan larangan-Nya. Na’uudzu billaah min dzaalik…


 

                                                                                                   ألله أكبر    ألله أكبر   ألله أكبر   ألله أكبر



Ma’aasyiral muslimiin yarhamukumullaah.......


Ramadhan telah melewati kita, ramadhan telah mengantarkan dan memproses kita baik secara indifidu maupun secara kolektif untuk membentuk pribadi yang jujur dan santun baik dalam kehidupan dan ibadah sosial dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berpolitik, ber-Bangsa dan ber-Negara maupun ritual (ibadah mahdhah) untuk lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang positif harus terus berlanjut, niat kita untuk konsisten (istiqomah) dalam kepatuhan dan ketundukan kepada Allah SWT merupakan pengejawentahan dari penghambaan totalitas (mukhlish) ibadah kita kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan petunjuk dalam Firman-Nya QS. al Bayyinah [98]:5.

 

ومآ أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفآء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكاة وذالك دين القيمة.

 

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

 

 

Komitmen dalam beribadah yang diungkapkan dengan lafadz لله تعالى (karena Allah Yang Maha Tinggi) pada setiap memulai ibadah yakni saat niat, hal ini diperlukan untuk kepentingan masa depan supaya tidak menghadapi kerugian atau kebangkrutan. Dengan demikian hikmah ramadhan akan dapat membentuk pribadi menjadi jujur dan santun, dengan optimis bahwa semua amal ibadah diterima serta semua dosa diampuni oleh Allah SWT dan kita kembali pada posisi fitri (suci), mulus tanpa dosa bagaikan seorang bayi yang baru lahir, hal ini yang kemudian sering diungkapkan dengan ungkapan yang saling diucapkan diantara kita dengan kalimat “MINAL ‘AAIDIIN WALFAA-IZIIN” semoga kita tergolong menjadi hamba kembali suci dan kita menjadi hamba yang beruntung (dengan diampuni segala dosa-dosa kita). Amaliah ramadhan yang baru saja kita lakukan dan amal shalih lainnya kita tidak ingin menjadi rugi (bangkrut) kelak di hari kemudian ?..... Seperti yang digambarkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW. dalam hadits shahihnya :

 

أتذرون من المفلس؟ قالوا المفلس فينا من لا درهم له ولا متاع. فقال عليه الصّلاة والسّلام إنّ المفلس من امّتى من يأتى يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتى من قدشتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دام هذا وضرب هذا. فيعطى هذا من حسناته وهذا من حسناته. فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ماعليه أخذ من خطا ياهم. فطرحت عليه ثمّ طرح فى النّار. (رواه مسلم عن ابى هريرة(

Artinya : “Tahukah kalian semua, siapakah orang yang bangkrut itu ? Tanya Rasulullah kepada para sahabatnya – merekapun menjawab : orang yang bangkrut menurut kita adalah mereka yang tidak memiliki uang dan harta benda yang tersisa.” Kemudian Rasulullah menyampaikan sabdanya : “Orang yang benar-benar pailit (bangkrut) diantara umatku – ialah orang yang di hari kiamat dengan membawa (seabrek) pahala shalat, puasa dan zakat; tapi (sementara itu) datanglah orang-orang yang menuntutnya, karena ketika (di dunia) ia mencaci ini, menuduh itu, memakan harta si ini, melukai si itu, dan memukul si ini. Maka di berikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada si ini dan si itu. Jika ternyata pahala-pahala kebaikannya habis sebelum dipenuhi apa yang menjadi tanggungannya, maka diambillah dosa-dosa mereka (yang pernah di dzaliminya) dan ditimpakan kepadanya. Kemudian dicampakkanlah ia ke api neraka.” Na’uudzubillah …… ! (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

 

Ternyata mulut, tangan, kaki, perut dan anggota tubuh kita lainnya yang biasa kita gunakan untuk beribadah, ruku’, bersujud, berdzikir, berpuasa, memberikan zakat, infaq dan shadaqoh serta aktifitas lainnya dapat membuat kita pailit (bangkrut) kelak. Tidak hanya menghabiskan modal, pahala yang kita tumpuk sepanjang umur kita―tapi juga dapat menarik kepada kita kerugian. Ini semua tentunya karena kita tidak jujur dan tidak santun kepada diri kita sendiri juga terhadap orang lain, kita terlalu meremehkan dosa dan kesalahan yang kita perbuat.


  ولله الحمد   ألله أكبر   ألله أكبر   ألله أكبر          

 

Ma’aasyiral muslimiin yarhamukumullaah.......

Bulan Ramadhan yang telah melatih diri kita sebagai hamba yang لله تعالى merupakan perwujudan dari niat ikhlash dan jujur yakni “ إيمانا واحتسابا" telah mengantarkan kita mampu melewati ujian dan hawa nafsu yang menghadang serta mampu memerdekakan diri dari hawa nafsu dan karakter negatif. Oleh karenanya totalitas pengabdian dan kepasrahan dengan ikhlash dan jujur merupakan satu-satunya simbol dan modal yang akan bertahan dan berkelanjutan untuk mengawal kehidupan kita dimasa datang. Sebagaimana sabda Nabi SAW;

 

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه

 

Barang siapa yang shaum di bulan Ramadhan dengan motivasi iman dan mengharap ridha Allah SWT, pasti ia mendapat ampunan dari Allah atas segala dosanya yang sudah lewat.

 

Jiwa yang suci dalam suasana ‘iedul fitri merupakan pribadi yang siap membentuk pribadi yang jujur dan santun; jujur dirinya pada diri sendiri, jujur dirinya kepada sang Khaliq Allah SWT, jujur dirinya dengan sesama manusia, jujur dirinya dengan alam semesta untuk menyongsong masa depan yang penuh harapan dan siap membangun bangsa dengan jiwa, motivasi serta tujuan terarah. Dengan jiwa yang fitri, jiwa yang memiliki tali-tali ikatan kuat dengan Allah, jiwa yang memancarkan ke-iman-an―diharapkan akan senantiasa tegar, mampu berbuat yang terbaik bagi diri sendiri, bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Di hari fitri ini kita berusaha untuk mengkikis, membebaskan dan memerdekakan diri dari karakter negatif, dari dosa dan noda, menjaga dan memeliharanya agar jiwa menjadi jujur dan santun tetap berada dalam fitrah Allah SWT dengan senantiasa beriman dan bertaqwa serta beramal shalih hanya untuk kepada-Nya. Kita jauhi virus-virus penyakit hati serta polusi kebohongan, kesombongan, kemunkaran, kefasikan, kemunafikan, kezhaliman, keangkuhan, riya, hasud, fitnah, membully, dengki, dan merasa diri paling benar yang menyebabkan raib dan ruginya keberuntungan yang telah didapatkan. Allah SWT berfirman QS. Asy Sams : 7-10.

 

ونفس وما سواها. فألهمها فجورها وتقواها. قد أفلح من زكاها. وقد خاب من دساها.

 

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

 

Melalui ramadhan yang telah dilewati, kita dituntut untuk tampil secara syaamil (menyeluruh) dan kaamil (sempurna), dengan pribadi yang jujur dan santun kita saling menghargai dan menghormati perbedaan, menjalin dan merekatkan serta mempertahankan shilaturrahim sebagai rahmah dan hikmah, kita bantu saudara, teman dan kerabat yang membutuhkan bantuan. Kita santuni fakir dan miskin hanya karena Allah SWT. Kita dukung para sepuh kita dengan penuh penghormatan. Kita dorong para pemuda dan remaja dengan penuh kasih sayang. Kita tebar harta kita dengan tulus ikhlas tanpa imbalan. Kita sampaikan salam dan ma’af kita kepada sesama dengan lapang. Satu-satunya harapan kita bahwa tampilan kita adalah tampilan fitri suci mencari, rahmat, ridha dan ampunan Ilahi semata. Sebagaimana yang telah digariskan oleh undang undang syari’at-Nya. (QS. al An’aam [6]:162)

 

قل إن صلاتى ونسكى ومحياي ومماتى لله رب العالمين

 

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

  

Ma’aasyiral muslimiin rahimakumullaah.......

 

Hidup dalam beribadah berarti hidup mengikuti konsep syari’at yang membutuhkan petunjuk, memerlukan rahmat, menghasratkan maghfirah menuju titik akhir kehidupan dunia yang pasti yakni keridloan-Nya. Hidup dalam warna dan gaya ibadah seperti ini pasti menyatakan diri dalam keramahan dan kesantunan tatkala harus berhubungan dengan sesama dan penuh penerimaan dan penyerahan secara total ketika berhubungan dengan sang Maha Pencipta secara jujur dan santun. Allah berfirman:

 يآ أيها الذين ءامنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين.

 

 Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).(QS. At-Taubah [9]:119).

 

Perjalanan dalam sisa umur menjadi sangat pasti menuju kematian. Hanya dengan berserah diri kepada-Nya dan dengan; jujur dan santun terhadap diri―dengan tidak memaksa berbuat maksiat dan dosa, jujur dan santun terhadap keluarga―dengan segala kesanggupan membimbing dan rela saling mengisi, jujur dan santun terhadap sesama manusia dengan saling menghormmati dan menghargai perbedaan serta saling tolong menolong, jujur dan santun terhadap masyarakat luas―dalam kesanggupan menghadapi kenyataan dan tidak lari menjauh dari dunia ramai, jujur dan santun kepada Bangsa dan Negara―berarti menerima segala peraturan serta undang-undang yang telah disepakati bersama dan tumbuh dengan kuat mengatur hidup kebersamaan saling menjaga dan membangun untuk keutuhan NKRI. Hanya dengan sikap jujur dan santun seperti itulah hidup akan di bimbing oleh Allah SWT, sampai pada status dambaan, selalu merasa cukup dalam kebutuhan lahir, berserah dalam kehidupan batin dan mampu melihat kenyataan yang sedang tumbuh. Itulah konsep hidup yang tidak bangkrut dan tidak merugi menurut ajaran Rasulullah SAW.;

 

قد أفلح من أسلم وكان رزقه كفافا وقنعه الله بما أعطاه

 

Berbahagialah mereka yang berserah diri pada Allah, dan merasa cukup dengan rizqi yang ada padanya dan mampu menerima kenyataan yang ada.

 

Ma’aasyiral muslimiin yarhamukumullaah.......