Oleh : KH. Amin Baejuri Asnaf, S.Ag., M.Pd.I.ÂÂ
Ketua Tim Peningkatan Kualitas Pendidikan al Qur’an Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag JABAR
ألله أكبر ×٩ الله اكبركبيرا والØÂمد لله كثيرا وسبØÂانالله بكرة وأصيلا لآإله
إلاالله ولانعبد إلاإياه مخلصينله الديÙâ€
ولوكره الكاÙÂرونلآإله إلاالله ÙˆØÂده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأØÂزاب
ÙˆØÂده لآإله إلاالله والله أكبر  الله اكبر
ولله الØÂمد
الØÂمد لله الذيجعل العيد ضياÙÂØ© وكرامة
للصائمين. صلاة وسلاما دائمينمتلازميÙâ€
الى يوم الدين. على رسوله الكريم Ù…ØÂمدا
المصطÙÂÙ‰ المتبع ÙÂÙ‰ الدنيا والدين. وعلى
اله واصØÂابه الذينبدلوا Ù†ÙÂوسهم لعزة الاسلام والمسلمين. أشهد انلا اله الاالله ÙˆØÂده لاشريك له الملك
الØÂÙ‚ المبين. وأشهد انمØÂمدا عبده ورسوله صادق الوعد الأمين. ÙÂاتقوالله جعلنا الله Ùˆ ايا كم منالعا ئدين. أما بعد. أيها المسلموناوصيكم ونÙÂسى بتقوى الله ÙÂقد ÙÂاز
المتقون, قال الله تعالى ÙÂÙ‰ كتابه العزيز الكريم  أعوذ بالله منالشيطاÙâ€
الرجيم, بسم الله  الرØÂمنالرØÂيم . يآ أيها الذينءامنوا اتقوا الله ØÂÙ‚
تقاته ولا تموتنإلا وأنتم مسلمون. (آل عمران:١٠٢) يآ أيها الذينءامنوا اتقوا الله
وكونوا مع الصادقين.
(التوبة : ١١٩).
Ma’asyiral muslimin yarhamukumullaah .......…
Hari ini kita berkumpul bersama di pagi yang penuh suka―cita merasakan kebahagiaan bersama, suasana dan nuansa seperti ini kita wujudkan totalitas ibadah kita dalam menyambut panggilan, undangan dan seruan Dzat Yang Maha Suci dengan melakukan ruku’, sujud, takbir, tahmid, tasbih dan tahlil kepada Allah ‘Azza Wajalla untuk mengharap Ridha dan Ampunan serta Rahmat-Nya.
Mari kita terus melatih diri untuk menanggalkan kehidupan rutin yang menggiring manusia pada kehidupan serba materialis syahwat duniawi. Saat ini kita mentraining dan mendiklat diri menghentikan putaran kesibukan dan menata kehidupan dunia yang sering melalaikan untuk memberikan penghayatan spiritual agar kita tidak terlena dalam kehidupan fana (rusak). Hari ini kita gunakan untuk shilaturrahim lahir dan batin dengan sesama manusia untuk mencairkan dan menghilangkan ketegangan dan kerenggangan diantara kita. Suasana seperti ini kita sama dihadapan Allah SWT, karena masing-masing tidak terikat oleh status kepangkatan, kedudukan, kekayaan, atau kebangsawanan bahkan kebangsaan sekalipun, kita bersama menghadap Allah SWT dengan merundukkan kepala yang biasa pongah, angkuh dan sombong, kepala yang selalu ingin ditopang oleh leher, kepala yang selamanya ingin berada di atas, saat ini kita tundukkan mencium tanah yang biasa kita injak sebagai perwujudan ibadah dengan khusyu’ dan khudhur untuk ruku’ dan sujud ibadah hanya karena-Nya semata.
 ولله الØÂمولله الØÂمد   ألله أكبر  ألله أكبر  ألله أكبر
Baru saja kita akhiri ibadah shaum Ramadlan, kita lalui jarak waktu selama sebulan yang di isi dengan segala kegiatan dan pengalaman ruhaniyah dan jasmaniah, kita penuhi sepanjang bulan tersebut dBaru saja kita akhiri ibadah shaum Ramadlan, kita lalui jarak waktu selama sebulan yang di isi dengan segala kegiatan dan pengalaman ruhaniyah dan jasmaniah, kita penuhi sepanjang bulan tersebut dengan segala aktifitas ibadah kepada Allah SWT dan amal kebajikan untuk kesejahteraan, kedamaian, ketenteraman dan perniagaan yang tidak merugi.
  Sekarang kita sedang melanjutkan kehidupan
hari kemarin, kita jalani bulan ini sebagai kemulyaan dan kemenangan, bulan Ramadhan
yang telah mengantarkan kita untuk menyongsong hari esok yang hakiki. Pasca
Ramadhan kita lihat dan dengar berbagai informasi seperti gairah dan gaya hidup
manusia, gemerlapnya kota-kota besar yang dihiasi dengan gemerlap sinar lampu
saat malam hari, bangunan yang terus tumbuh mengisi lahan-lahan kosong dan
menjulang tinggi, bertebarannya kendaraan yang melaju sehingga tidak sedikit
kemacetan yang menjadi pemandangan kerap terjadi.
Suasana seperti
ini mari kita jadikan sebagai momentun untuk merenung (bertafakur) dan muhaasabah
(introspeksi) diri, dalam kehidupan sosial terlihat
adanya pergeseran dari nilai positif (akhlaq al kariimah) sudah mulai
terkikis, kejujuran dan kesantunan sudah mulai asing diantara sesama, orang
melakukan dan berbuat baik kepada orang lain dilakukan karena ada misi atas imbalan
duniawi semata. Lahirnya amal shaleh dilakukan karena atas dasar kepentingan
sesaat, baik peribadi, kelompok, dan golongan yang pada gilirannya hanya akan
melahirkan halusinasi, frustasi, saling menggugat, membully, memfitnah, menghujat
dan saling salah menyalahkan. Perilaku manusia yang didasari hanya dengan
kepentingan hawa nafsu―duniawi dan sesaat itu justeru akan lenyap manakala
kepentingan tersebut tidak terpenuhi, tanpa disadari-seolah-olah bahwa dirinya yang paling benar, paling pintar, paling
besar, paling hebat, paling kuat, paling berkuasa, paling kaya dan seterusnya,...
seolah-olah semua manusia kecil harus takluk dan tunduk dihadapanya..... Na’uudzu
billaahi min dzalik.
Tidakah sadar,
bahwa manusia sesungguhnya tidak lain adalah makhluk yang sangat lemah, tidak berdaya,
semuanya (faqir) butuh kepada Dzat Yang Maha Kaya, Maha Perkasa, Maha Kuasa,
Maha Mengetahui, Maha memiliki, Maha Mengadili, Maha Bijaksana yakni Allah
‘Azza Wa Jalla. Maka kepada siapa lagi manusia berharap kecuali kepada Allah SWT
yang telah menciptakan kita dan dengan kasih sayang-Nya kita diberi kesempatan telah
selesai melaksanakan ibadah shaum ramadhan tahun ini dengan menikmati menghirup
nafas setiap detik tidak pernah berapa kita harus menghabiskan biaya untuk
membelinya. Dengan menghayati ibadah shaum ramadhan dan merasakan nikmat yang
ada pada diri kita maka pada hari yang fitri (suci) ini diharapkan kita mampu menjadikan
ramadhan untuk membentuk pribadi menjadi jujur dan santun, mari kita tanyakan
pada diri kita;
Apa sesungguhnya yang menahan diri ini untuk beribadah kepada-Nya?...... Mengapa kaki ini merasa berat untuk melangkah ke tempat ibadah ?....... Apakah yang menahan kepala ini sehingga tidak mau bersujud kepada Allah Dzat Maha Pencipta?........ Apakah yang menahan lidah ini sehingga kaku dan bisu tidak membaca al qur’an dan berdzikir/Istighotsah kepada-Nya?..... Apakah yang menahan hati ini sehingga keras dan sulit mahabbah (merindukan) Allah Yang Maha Mulya?.... Apakah yang menahan pikiran ini sehingga tidak mendambakan Rahmat, Ridha, Ampunan dan surga-Nya?....... Mengapa tindakan dan perilaku ini sering menimbulkan maksiat dan dosa?......... Apakah yang mendorong jiwa ini sehingga cenderung melakukan zhalim dan maksiat?......... Mengapa harta kekayaan ini dibiarkan bercampur dengan yang haram dan syubhat?...... Mengapa diri ini selalu merasa benar padahal kebenaran mutlak milik Allah SWT,..... Apakah yang menahan diri kita sehingga mengabaikan hak-hak Allah dan cenderung memperturutkan hawa nafsu, padahal hawa nafsu itu mendorong kepada keburukan, keangkuhan dan kesombongan?...... Apakah kesombongan kita sudah demikian memuncak, sehingga sedemikan lantang berani melanggar perintah dan larangan-Nya. Na’uudzu billaah min dzaalik…
Ma’aasyiral muslimiin yarhamukumullaah.......
Ramadhan telah melewati
kita, ramadhan telah mengantarkan dan memproses kita baik secara indifidu
maupun secara kolektif untuk membentuk pribadi yang jujur dan santun baik dalam
kehidupan dan ibadah sosial dalam berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat,
berpolitik, ber-Bangsa dan ber-Negara maupun ritual (ibadah mahdhah) untuk
lebih baik. Kegiatan-kegiatan yang positif harus terus berlanjut, niat kita
untuk konsisten (istiqomah) dalam kepatuhan dan ketundukan kepada Allah SWT merupakan
pengejawentahan dari penghambaan totalitas (mukhlish) ibadah kita kepada Allah
SWT, hal ini sesuai dengan petunjuk dalam Firman-Nya QS. al Bayyinah [98]:5.
ومآ أمروا إلا ليعبدوا
الله مخلصينله الدينØÂÙ†ÙÂآء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكاة وذالك دينالقيمة.
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.
Komitmen dalam beribadah yang
diungkapkan dengan lafadz لله تعالى (karena
Allah Yang Maha Tinggi) pada setiap memulai ibadah yakni saat niat, hal ini
diperlukan untuk kepentingan masa depan supaya tidak menghadapi kerugian atau
kebangkrutan. Dengan demikian hikmah ramadhan akan dapat membentuk pribadi
menjadi jujur dan santun, dengan optimis bahwa semua amal ibadah diterima serta
semua dosa diampuni oleh Allah SWT dan kita kembali pada posisi fitri (suci),
mulus tanpa dosa bagaikan seorang bayi yang baru lahir, hal ini yang kemudian
sering diungkapkan dengan ungkapan yang saling diucapkan diantara kita dengan
kalimat “MINAL ‘AAIDIIN WALFAA-IZIIN†semoga kita tergolong menjadi
hamba kembali suci dan kita menjadi hamba yang beruntung (dengan diampuni
segala dosa-dosa kita). Amaliah ramadhan yang baru saja kita lakukan dan amal
shalih lainnya kita tidak ingin menjadi rugi (bangkrut) kelak di hari kemudian
?..... Seperti yang digambarkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW. dalam
hadits shahihnya :
أتذروÙâ€
منالمÙÂلس؟ قالوا المÙÂلس ÙÂينا منلا درهم له ولا متاع. ÙÂقال عليه الصّلاة والسّلام
إنّ المÙÂلس منامّتى منيأتى يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة ويأتى منقدشتم هذا
وقذ٠هذا وأكل مال هذا وسÙÂÙƒ دام هذا وضرب هذا. ÙÂيعطى
هذا منØÂسناته وهذا منØÂسناته. ÙÂإنÙÂنيت ØÂسناته قبل أنيقضى ماعليه أخذ منخطا ياهم. ÙÂطرØÂت عليه ثمّ طرؠÙÂÙ‰ النّار. (رواه مسلم عÙâ€
ابى هريرة(
Artinya : “Tahukah kalian semua, siapakah orang yang
bangkrut itu ? Tanya Rasulullah kepada para sahabatnya – merekapun menjawab :
orang yang bangkrut menurut kita adalah mereka yang tidak memiliki uang dan
harta benda yang tersisa.†Kemudian Rasulullah menyampaikan sabdanya : “Orang
yang benar-benar pailit (bangkrut) diantara umatku – ialah orang yang di hari
kiamat dengan membawa (seabrek) pahala shalat, puasa dan zakat; tapi (sementara
itu) datanglah orang-orang yang menuntutnya, karena ketika (di dunia) ia
mencaci ini, menuduh itu, memakan harta si ini, melukai si itu, dan memukul si
ini. Maka di berikanlah pahala-pahala kebaikannya kepada si ini dan si itu.
Jika ternyata pahala-pahala kebaikannya habis sebelum dipenuhi apa yang menjadi
tanggungannya, maka diambillah dosa-dosa mereka (yang pernah di dzaliminya) dan
ditimpakan kepadanya. Kemudian dicampakkanlah ia ke api neraka.†Na’uudzubillah
…… ! (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Ternyata mulut, tangan, kaki, perut dan anggota tubuh kita lainnya yang biasa kita gunakan untuk beribadah, ruku’, bersujud, berdzikir, berpuasa, memberikan zakat, infaq dan shadaqoh serta aktifitas lainnya dapat membuat kita pailit (bangkrut) kelak. Tidak hanya menghabiskan modal, pahala yang kita tumpuk sepanjang umur kita―tapi juga dapat menarik kepada kita kerugian. Ini semua tentunya karena kita tidak jujur dan tidak santun kepada diri kita sendiri juga terhadap orang lain, kita terlalu meremehkan dosa dan kesalahan yang kita perbuat.
  ولله الØÂمد  ألله أكبر  ألله أكبر  ألله أكبر      ÂÂ
Ma’aasyiral
muslimiin yarhamukumullaah.......
Bulan Ramadhan yang telah
melatih diri kita sebagai hamba yang لله
تعالى merupakan
perwujudan dari niat ikhlash dan jujur yakni “
إيمانا واØÂتسابا" telah mengantarkan kita
mampu melewati ujian dan hawa nafsu yang menghadang serta mampu memerdekakan diri
dari hawa nafsu dan karakter negatif. Oleh karenanya totalitas pengabdian dan
kepasrahan dengan ikhlash dan jujur merupakan satu-satunya simbol dan modal
yang akan bertahan dan berkelanjutan untuk mengawal kehidupan kita dimasa
datang. Sebagaimana sabda Nabi SAW;
Ù…Ùâ€
صام رمضانإيمانا واØÂتسابا غÙÂر له ما تقدم منذنبه
Barang siapa yang shaum di bulan
Ramadhan dengan motivasi iman dan mengharap ridha Allah SWT, pasti ia mendapat
ampunan dari Allah atas segala dosanya yang sudah lewat.
ÂÂ
Jiwa yang suci dalam
suasana ‘iedul fitri merupakan pribadi yang siap membentuk pribadi yang jujur
dan santun; jujur dirinya pada diri sendiri, jujur dirinya kepada sang Khaliq
Allah SWT, jujur dirinya dengan sesama manusia, jujur dirinya dengan alam semesta
untuk menyongsong masa depan yang penuh harapan dan siap membangun bangsa
dengan jiwa, motivasi serta tujuan terarah. Dengan jiwa yang fitri, jiwa yang
memiliki tali-tali ikatan kuat dengan Allah, jiwa yang memancarkan ke-iman-an―diharapkan
akan senantiasa tegar, mampu berbuat yang terbaik bagi diri sendiri, bagi
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Di hari fitri ini kita berusaha untuk
mengkikis, membebaskan dan memerdekakan diri dari karakter negatif, dari dosa
dan noda, menjaga dan memeliharanya agar jiwa menjadi jujur
dan santun tetap berada dalam fitrah Allah SWT dengan senantiasa beriman dan bertaqwa
serta beramal shalih hanya untuk kepada-Nya. Kita jauhi virus-virus penyakit
hati serta polusi kebohongan, kesombongan, kemunkaran, kefasikan, kemunafikan,
kezhaliman, keangkuhan, riya, hasud, fitnah, membully, dengki, dan merasa diri
paling benar yang menyebabkan raib dan ruginya keberuntungan yang telah
didapatkan. Allah SWT berfirman QS. Asy Sams : 7-10.
ونÙÂس وما سواها.
ÙÂألهمها ÙÂجورها وتقواها. قد Ø£ÙÂلؠمنزكاها. وقد خاب مندساها.
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya.
Melalui
ramadhan yang telah dilewati, kita dituntut untuk tampil secara syaamil
(menyeluruh) dan kaamil (sempurna), dengan pribadi yang jujur dan santun
kita saling menghargai dan menghormati perbedaan, menjalin dan merekatkan serta
mempertahankan shilaturrahim sebagai rahmah dan hikmah, kita bantu saudara,
teman dan kerabat yang membutuhkan bantuan. Kita santuni fakir dan miskin hanya
karena Allah SWT. Kita dukung para sepuh kita dengan penuh penghormatan. Kita
dorong para pemuda dan remaja dengan penuh kasih sayang. Kita tebar harta kita
dengan tulus ikhlas tanpa imbalan. Kita sampaikan salam dan ma’af kita kepada
sesama dengan lapang. Satu-satunya harapan kita bahwa tampilan kita adalah tampilan
fitri suci mencari, rahmat, ridha dan ampunan Ilahi semata. Sebagaimana
yang telah digariskan oleh undang undang syari’at-Nya. (QS. al An’aam [6]:162)
قل إنصلاتى ونسكى ومØÂياÙÅ
ومماتى لله رب العالميÙâ€
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Ma’aasyiral
muslimiin rahimakumullaah.......
ÂÂ
Hidup dalam beribadah
berarti hidup mengikuti konsep syari’at yang membutuhkan petunjuk, memerlukan
rahmat, menghasratkan maghfirah menuju titik akhir kehidupan dunia yang pasti
yakni keridloan-Nya. Hidup dalam warna dan gaya ibadah seperti ini pasti
menyatakan diri dalam keramahan dan kesantunan tatkala harus berhubungan dengan
sesama dan penuh penerimaan dan penyerahan secara total ketika berhubungan
dengan sang Maha Pencipta secara jujur dan santun. Allah berfirman:
 يآ أيها الذينءامنوا
اتقوا الله وكونوا مع الصادقين.
 Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur).(QS. At-Taubah [9]:119).
Perjalanan dalam sisa
umur menjadi sangat pasti menuju kematian. Hanya dengan berserah diri
kepada-Nya dan dengan; jujur dan santun terhadap diri―dengan
tidak memaksa berbuat maksiat dan dosa, jujur dan santun terhadap
keluarga―dengan
segala kesanggupan membimbing dan rela saling mengisi, jujur dan santun
terhadap sesama manusia dengan saling menghormmati dan menghargai perbedaan
serta saling tolong menolong, jujur dan santun terhadap masyarakat luas―dalam
kesanggupan menghadapi kenyataan dan tidak lari menjauh dari dunia ramai, jujur
dan santun kepada Bangsa dan Negara―berarti menerima segala
peraturan serta undang-undang yang telah disepakati bersama dan tumbuh dengan
kuat mengatur hidup kebersamaan saling menjaga dan membangun untuk keutuhan
NKRI. Hanya dengan sikap jujur dan santun seperti itulah hidup akan di bimbing
oleh Allah SWT, sampai pada status dambaan, selalu merasa cukup dalam kebutuhan
lahir, berserah dalam kehidupan batin dan mampu melihat kenyataan yang sedang
tumbuh. Itulah konsep hidup yang tidak bangkrut dan tidak merugi menurut ajaran
Rasulullah SAW.;
قد
Ø£ÙÂلؠمنأسلم وكانرزقه ÙƒÙÂاÙÂا وقنعه الله بما أعطاه
Berbahagialah
mereka yang berserah diri pada Allah, dan merasa cukup dengan rizqi yang ada
padanya dan mampu menerima kenyataan yang ada.
ÂÂ
Ma’aasyiral muslimiin yarhamukumullaah.......