Mengatasi Rendahnya Self Esteem Saat Berkarir

Senin, 22 Maret 2021
Penulis:

377 kali dilihat

70 kali dibagikan

Oleh: Dhamar Yulianto

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. berkata, “Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya. Ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya. Keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap kejahatan. Dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya akan kehormatan dirinya. Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa diri kita begitu berharga, bernilai tinggi, dan unik. Menghargai diri sendiri penting sebagai ungkapan syukur, karena Allah luar biasa menciptakan kita. Penghargaan dari hati nurani itulah yang disebut sebagai Self Esteem.

Menurut Coopersmith (1967), Self Esteem adalah penilaian pribadi (personal judgment) mengenai perasaan berharga yang ditunjukkan dalam sikap-sikap terhadap diri sendiri. Ia merupakan pengalaman subjektif yang diungkapkan individu kepada orang lain melalui komunikasi verbal dan perilaku-perilaku yang nyata. Bentuk sikap yang mencerminkan hal itu, diantaranya sikap menerima atau menolak terhadap kemampuan, keberartian, dan keberhasilan. Sederhananya, Self Esteem mencerminkan seberapa jauh kita mencintai, menghargai, dan bangga terhadap diri sendiri.

Tetapi, tak jarang seseorang enggan menerima dirinya sendiri. Ada yang mengangap dirinya lebih buruk dari orang lain. Apakah kita pernah mengalaminya? Jika ya, kita tengah mengalami rendah Self Esteem.

Kita sering menilai kehidupan dalam dua dimensi (kita dan orang lain) dan terkadang kesulitan menemukan kembali kualitas dalam diri sendiri. Penilaian tersebut tak jarang membuat kehidupan kita menjadi tidak berarti. Contoh: (a) Kita kurang percaya diri dalam penampilan, minder, hingga sulit berinteraksi dalam kehidupan sosial; (b) Kita kurang percaya terhadap potensi diri, takut meyakinkan diri bisa meraih impian, hingga kita membatasi apa yang ingin kita coba.

Padahal, meningkatkan Self Esteem penting dilakukan. Bukan saja sebagai ungkapan syukur; tetapi juga membuat kita semangat meraih impian, berani melakukan kegiatan produktif, serta meningkatkan hasrat mengembangkan diri.

Julaibib ra. sebagai sahabat Rasulullah pernah mengalami rendah Self Esteem saat berinteraksi dengan sahabat lainnya. Julaibib bukan orang terpandang digolongan Anshor; karena ia terlihat sangar, pendek, bungkuk, hitam, dan kakinya pecah-pecah tak beralas; lalu keadaannya fakir, pakaiannya lusuh, serta tidur hanya berbantalkan tangan dan berkasurkan pasir. Sungguh, kehidupan menyesakkan yang berpotensi membuatnya minder.

Tetapi, apakah kondisi tersebut membuat Julaibib tidak menghargai dirinya sendiri? Nyatanya tidak. Ia selalu berusaha menemani perjuangan Rasulullah. Bahkan, setelah Rasulullah menjodohkannya dengan putri sahabat Anshor, ia berjuang dalam perang Uhud dan syahid di sana. Ia rela meninggalkan kebahagiaan bersama istrinya dan lebih memilih berperang, karena ia percaya bahwa kekurangan fisik dan materi bukan penghalang untuk berjuang di jalan-Nya.

Ketika rendahnya Self Esteem terpatri kuat dalam diri Aparatur Sipil Negara (ASN), tentu akan menghambat perannya dalam menyukseskan program-program lembaga. Berbagai program tidak berjalan maksimal, karena subjek pelaksananya saja kurang menghargai diri sendiri. Oleh sebab itu, kemampuan mengatasi rendahnya Self Esteem perlu dimiliki setiap ASN. Selama rasa itu masih ada, selama itu pula ASN tidak bisa maksimal berkarir. Sehebat apapun potensinya, sedahsyat apapun pengondisian sekitarnya.

Kita bisa mengatasi rendahnya Self Esteem. Sesuai firman-Nya, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An Najm: 39). ASN yang hebat adalah mereka yang mampu menghargai dirinya sendiri. Mengatasi rendahnya Self Esteem tidak bisa dilakukan semalam, melainkan perlu proses secara konsisten. Berikut cara-caranya:

1.       Berhenti Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain

Ingat bahwa setiap orang berbeda. Meski memiliki modal yang sama berupa akal dan perasaan sesuai dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tin: 4), namun kita bisa mengembangkan modal tersebut menjadi berbagai potensi unik di kemudian hari. Jika sudah menemukan, jangan banding-bandingkan potensi kita dengan orang lain. “Ah dia bisa itu, aku ga bisa”, “Kok aku ga seperti dia ya?”, dan masih banyak lagi ungkapan yang sejatinya semakin menutup potensi diri. Jika sering bersikap demikian, sama saja kita sedang meyiksa diri sendiri.

2.       Berpikiran Positif

Cobalah berpikiran positif terhadap diri sendiri sebagai seorang individu yang memiliki potensi. Sadari bahwa kita sangat istimewa. Dr. Aidh Al Qarni dalam bukunya La Tahzan, mengungkapkan bahwa kita adalah sesuatu yang berbeda dengan lainnya. Tidak pernah ada sejarah yang mencatat orang seperti kita dan tidak pernah ada orang seperti kita pada masa mendatang.

Jika kita belum menemukan sesuatu yang menonjol dalam diri, hayati dan gali terus dengan berpikiran positif. Psikolog Anthony, Ph. D. dalam penelitiannya, mengatakan bahwa ungkapan-ungkapan positif seperti “Saya bisa”, “Saya harus sukses”, “Saya pasti memiliki potensi” dan sebagainya semakin meningkatkan kepercayaan diri.

3.       List dan Realisasikan Kelebihan Kita

Seringkali kita merasa rendah melihat kelebihan orang lain, padahal kita bukan tidak memiliki kelebihan, melainkan belum menggalinya secara mendalam. Setiap orang memiliki kelebihan yang membedakannya dari orang lain. Fokuskan pada kelebihan itu yang membuat kita istimewa dan membuat orang lain nyaman bersama kita. Mungkin kita memiliki sikap ceria yang membuat orang lain selalu bahagia, atau mungkin kita memiliki bakat terpendam seperti menulis, berpidato, dan sebagainya yang tidak pernah disadari. List dan kembangkan kelebihan itu.

4.       Libatkan Diri Lebih Banyak

Cara selanjutnya untuk meningkatkan Self Esteem adalah dengan melibatkan diri lebih banyak dalam pelbagai kegiatan positif. Cobalah untuk menemukan hobi yang kita sukai, bergabung dengan komunitas-komunitas tertentu, atau mengambil berbagai peran di lembaga. Misal, kita hobi berkomunikasi, maka bergabunglah dengan komunitas menulis, dan public speaking lalu terlibatlah dalam pelbagai peran komunikasi seperti kehumasan, penyuluhan, dan sebagainya. Melalui pelbagai kegiatan tersebut, kita bisa tahu potensi dan kelebihan kita selama ini.

Singkatnya, manfaatkanlah waktu dengan maksimal dan gunakan untuk melakukan aktivitas yang dapat menstimulus potensi kita. Dengan begitu, waktu kita untuk merendahkan diri sendiri semakin sedikit.

5.       Ciptakan Prestasi Baru

Apabila kita sudah me-list kelebihan, lalu melibatkan diri lebih banyak sesuai kelebihan kita di bidang tertentu sehingga menghasilkan prestasi. Langkah selanjutnya adalah ciptakan prestasi baru. Cobalah meraih prestasi di bidang lain. Selama ruh masih bersatu dengan raga dan mampu, selama itu pula kita berhak menggali semua potensi dalam bidang apapun. Ketika kita berhasil menjadi public speaker, bukan mustahil kita sanggup berprestasi di bidang kepenulisan. Ketika kita berhasil membina jamaah, bukan mustahil kita sanggup berprestasi di bidang kehumasan. Pelbagai prestasi tersebut menyadarkan, bahwa kita memiliki berbagai potensi yang luar biasa, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menghargai diri sendiri.

6.       Cari Lingkungan Positif

Rasulullah pernah bersabda, “Permisalan teman baik dan teman buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau akan membeli minyak wangi darinya dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tidak sedap.” (HR. Bukhori 5534 dan Muslim 2628).

Hadits di atas mengisyaratkan tentang pentingnya memilih teman atau lingkungan positif. Lingkungan positif bukan sekadar enak-tidak enak ataupun nyaman-tidak nyaman. Lebih dari itu, ia memiliki peran penting sebagai pendukung karir kita. Meski kita memiliki pilihan dalam berperilaku, tapi tidak menutup kemungkinan perilaku kita bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Singkatnya, kita harus memastikan bahwa lingkungan dapat memberikan dampak positif bagi karir kita.

Penutup

Sebagai abdi negara, berbanggalah dengan diri sendiri. In Sya Allah, ada potensi yang dapat mengantarkan kita pada puncak karir. Mulai hari ini dengan menatap wajah pada cermin, bersyukur, dan gali potensi yang kita miliki.