Oleh: Dhamar Yulianto
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. berkata, “Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya. Ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya. Keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap kejahatan. Dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya akan kehormatan dirinya. Ungkapan tersebut menyiratkan bahwa diri kita begitu berharga, bernilai tinggi, dan unik. Menghargai diri sendiri penting sebagai ungkapan syukur, karena Allah luar biasa menciptakan kita. Penghargaan dari hati nurani itulah yang disebut sebagai Self Esteem.
Menurut Coopersmith (1967), Self Esteem adalah penilaian pribadi (personal judgment) mengenai perasaan
berharga yang ditunjukkan dalam sikap-sikap terhadap diri sendiri. Ia merupakan
pengalaman subjektif yang diungkapkan individu kepada orang lain melalui komunikasi
verbal dan perilaku-perilaku yang nyata. Bentuk sikap yang mencerminkan hal itu,
diantaranya sikap menerima atau menolak terhadap kemampuan, keberartian, dan
keberhasilan. Sederhananya, Self Esteem
mencerminkan seberapa jauh kita mencintai, menghargai, dan bangga terhadap diri
sendiri.
Tetapi, tak jarang seseorang enggan
menerima dirinya sendiri. Ada yang mengangap dirinya lebih buruk dari orang
lain. Apakah kita pernah mengalaminya? Jika ya, kita tengah mengalami rendah Self Esteem.
Kita sering menilai kehidupan
dalam dua dimensi (kita dan orang lain) dan terkadang kesulitan menemukan
kembali kualitas dalam diri sendiri. Penilaian tersebut tak jarang membuat kehidupan
kita menjadi tidak berarti. Contoh: (a) Kita kurang percaya diri dalam penampilan,
minder, hingga sulit berinteraksi dalam kehidupan sosial; (b) Kita kurang percaya
terhadap potensi diri, takut meyakinkan diri bisa meraih impian, hingga kita
membatasi apa yang ingin kita coba.
Padahal, meningkatkan Self Esteem penting dilakukan. Bukan
saja sebagai ungkapan syukur; tetapi juga membuat kita semangat meraih impian,
berani melakukan kegiatan produktif, serta meningkatkan hasrat mengembangkan
diri.
Julaibib ra. sebagai sahabat
Rasulullah pernah mengalami rendah Self
Esteem saat berinteraksi dengan sahabat lainnya. Julaibib bukan orang
terpandang digolongan Anshor; karena ia terlihat sangar, pendek, bungkuk,
hitam, dan kakinya pecah-pecah tak beralas; lalu keadaannya fakir, pakaiannya
lusuh, serta tidur hanya berbantalkan tangan dan berkasurkan pasir. Sungguh, kehidupan
menyesakkan yang berpotensi membuatnya minder.
Tetapi, apakah kondisi tersebut
membuat Julaibib tidak menghargai dirinya sendiri? Nyatanya tidak. Ia selalu berusaha
menemani perjuangan Rasulullah. Bahkan, setelah Rasulullah menjodohkannya
dengan putri sahabat Anshor, ia berjuang dalam perang Uhud dan syahid di sana.
Ia rela meninggalkan kebahagiaan bersama istrinya dan lebih memilih berperang,
karena ia percaya bahwa kekurangan fisik dan materi bukan penghalang untuk berjuang
di jalan-Nya.
Ketika rendahnya Self Esteem terpatri kuat dalam diri Aparatur
Sipil Negara (ASN), tentu akan menghambat perannya dalam menyukseskan
program-program lembaga. Berbagai program tidak berjalan maksimal, karena
subjek pelaksananya saja kurang menghargai diri sendiri. Oleh sebab itu,
kemampuan mengatasi rendahnya Self Esteem
perlu dimiliki setiap ASN. Selama rasa itu masih ada, selama itu pula ASN tidak
bisa maksimal berkarir. Sehebat apapun potensinya, sedahsyat apapun
pengondisian sekitarnya.
Kita bisa mengatasi rendahnya Self Esteem. Sesuai firman-Nya, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.†(QS. An Najm: 39). ASN
yang hebat adalah mereka yang mampu menghargai dirinya sendiri. Mengatasi rendahnya Self Esteem tidak bisa dilakukan
semalam, melainkan perlu proses secara konsisten. Berikut cara-caranya:
1. Berhenti Membandingkan Diri Sendiri dengan Orang Lain
Ingat
bahwa setiap orang berbeda. Meski memiliki modal yang sama berupa akal dan perasaan
sesuai dengan firman-Nya, “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.†(QS. At
Tin: 4), namun kita bisa mengembangkan modal tersebut menjadi berbagai potensi
unik di kemudian hari. Jika sudah menemukan, jangan banding-bandingkan potensi
kita dengan orang lain. “Ah dia bisa itu, aku ga bisaâ€Â, “Kok aku ga seperti dia
ya?â€Â, dan masih banyak lagi ungkapan yang sejatinya semakin menutup potensi
diri. Jika sering bersikap demikian, sama saja kita sedang meyiksa diri sendiri.
2. Berpikiran Positif
Cobalah
berpikiran positif terhadap diri sendiri sebagai seorang individu yang memiliki
potensi. Sadari bahwa kita sangat istimewa. Dr. Aidh Al Qarni dalam bukunya La Tahzan, mengungkapkan bahwa kita
adalah sesuatu yang berbeda dengan lainnya. Tidak pernah ada sejarah yang
mencatat orang seperti kita dan tidak pernah ada orang seperti kita pada masa mendatang.
Jika
kita belum menemukan sesuatu yang menonjol dalam diri, hayati dan gali terus dengan
berpikiran positif. Psikolog Anthony, Ph. D. dalam penelitiannya, mengatakan
bahwa ungkapan-ungkapan positif seperti “Saya bisaâ€Â, “Saya harus suksesâ€Â, “Saya
pasti memiliki potensi†dan sebagainya semakin meningkatkan kepercayaan diri.
3. List dan Realisasikan Kelebihan Kita
Seringkali
kita merasa rendah melihat kelebihan orang lain, padahal kita bukan tidak
memiliki kelebihan, melainkan belum menggalinya secara mendalam. Setiap orang
memiliki kelebihan yang membedakannya dari orang lain. Fokuskan pada kelebihan itu
yang membuat kita istimewa dan membuat orang lain nyaman bersama kita. Mungkin
kita memiliki sikap ceria yang membuat orang lain selalu bahagia, atau mungkin
kita memiliki bakat terpendam seperti menulis, berpidato, dan sebagainya yang
tidak pernah disadari. List dan
kembangkan kelebihan itu.
4. Libatkan Diri Lebih Banyak
Cara
selanjutnya untuk meningkatkan Self
Esteem adalah dengan melibatkan diri lebih banyak dalam pelbagai kegiatan
positif. Cobalah untuk menemukan hobi yang kita sukai, bergabung dengan komunitas-komunitas
tertentu, atau mengambil berbagai peran di lembaga. Misal, kita hobi
berkomunikasi, maka bergabunglah dengan komunitas menulis, dan public speaking lalu terlibatlah dalam pelbagai
peran komunikasi seperti kehumasan, penyuluhan, dan sebagainya. Melalui
pelbagai kegiatan tersebut, kita bisa tahu potensi dan kelebihan kita selama
ini.
Singkatnya,
manfaatkanlah waktu dengan maksimal dan gunakan untuk melakukan aktivitas yang
dapat menstimulus potensi kita. Dengan begitu, waktu kita untuk merendahkan
diri sendiri semakin sedikit.
5. Ciptakan Prestasi Baru
Apabila kita
sudah me-list kelebihan, lalu
melibatkan diri lebih banyak sesuai kelebihan kita di bidang tertentu sehingga
menghasilkan prestasi. Langkah selanjutnya adalah ciptakan prestasi baru.
Cobalah meraih prestasi di bidang lain. Selama ruh masih bersatu dengan raga
dan mampu, selama itu pula kita berhak menggali semua potensi dalam bidang
apapun. Ketika kita berhasil menjadi public
speaker, bukan mustahil kita sanggup berprestasi di bidang kepenulisan.
Ketika kita berhasil membina jamaah, bukan mustahil kita sanggup berprestasi di
bidang kehumasan. Pelbagai prestasi tersebut menyadarkan, bahwa kita memiliki
berbagai potensi yang luar biasa, sehingga tidak ada alasan untuk tidak menghargai
diri sendiri.
6. Cari Lingkungan Positif
Rasulullah pernah bersabda, “Permisalan teman baik dan teman buruk ibarat seorang penjual minyak
wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi
atau engkau akan membeli minyak wangi darinya dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau
asapnya yang tidak sedap.†(HR. Bukhori 5534 dan Muslim 2628).
Hadits di atas mengisyaratkan tentang pentingnya memilih
teman atau lingkungan positif. Lingkungan positif bukan sekadar enak-tidak enak
ataupun nyaman-tidak nyaman. Lebih dari itu, ia memiliki peran penting sebagai
pendukung karir kita. Meski kita memiliki pilihan dalam berperilaku, tapi tidak
menutup kemungkinan perilaku kita bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Singkatnya,
kita harus memastikan bahwa lingkungan dapat memberikan dampak positif bagi
karir kita.
Penutup
Sebagai abdi negara,
berbanggalah dengan diri sendiri. In Sya Allah, ada potensi yang dapat
mengantarkan kita pada puncak karir. Mulai hari ini dengan menatap wajah pada
cermin, bersyukur, dan gali potensi yang kita miliki.