Mengenang Een Sukaesih Guru Inspiratif Dalam Hari Pendidikan Nasional

Rabu, 03 Mei 2023
Penulis:

407 kali dilihat

40 kali dibagikan

Oleh : Mahdi

Penyuluh Agama Islam Kec. Cimalaka

 Masyarakat gemar belajar dapat terwujud apabila setiap warga selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermakna, menunjukkan kemampuan dan mengembangkan melalui kegiatan belajar.

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus diberikan kepada manusia seumur hidup. Tidak hanya pendidikan yang diselenggarakan di sekolah (formal), akan tetapi pendidikan informal dan non formal di kalangan keluarga dan masyarakat pun diperlukan.

Dalam perkembangan masyarakat yang semakin dinamis, penyelenggaraan pendidikan harus diupayakan dengan usaha-usaha kreatif yang dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Tidak hanya pendidikan formal saja namun pada pendidikan non formal maupun informal sekalipun dapat dilakukan.

Pendidikan pada akhirnya harus dapat menjadi kesadaran semua orang. Bagaimana mengelola dirinya dan bertanggung jawab atas kehidupan pribadi dan sosialnya. Karena, hakikat pendidikan adalah menjadikan seseorang lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain.

Bagi sebagian orang menjadi seorang guru bukanlah perkara sulit. Walaupun bukan dari latar belakang pendidikan, mereka tetap bisa mengajar, membuat soal, mengoreksi soal, bahkan cara mengajar mereka lebih baik dari guru yang memiliki latar belakang pendidikan. Lantas apakah dengan hal-hal tersebut menjadi selesai tugas seorang guru ?

Namun dalam hal ini, serasa ada yang bertentangan dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Di mana bagi seorang guru tidak hanya harus bisa mengajar, namun juga seorang guru harus bisa menjadi sumber inspirasi bagi siswanya. Dan, hal tersebut bukanlah hal mudah untuk dilakukan, namun bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan.

Een Sukaesih (almarhumah Wak Een) adalah guru difabel perintis Rumah Pintar di Sumedang, sosok pendidik dan anggota masyarakat yang telah menunjukan bahwa pendidikan itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Dalam segala keterbatasan sekali pun tetap memberikan manfaat bagi orang lain.

Jiwa yang tertanam dalam hati, serta komitmen Wak Een yang tinggi untuk menjadi guru tetap dilakukan meskipun secara fisik saat itu beliau sakit.

Semasa hidupnya, Een Sukaesih sempat berpesan kepada Ibu dan Bapak Guru, di mana beliau sampaikan dalam sebuah buku biografi Een Sukaesih Sang Guru Qolbu (2013) yang ditulis H.M. Zainudin sebagai berikut :

“Menjadi guru adalah amanah dari Yang Mahakuasa, karena anak-anak yang dididik adalah titipan dari Allah SWT. Jagalah mereka dengan baik, bimbinglah mereka. Pemberian amanah itu harus dilaksanakan dengan tanggung jawab”

Karena hal itu merupakan dedikasi kita, pengabdian kita. Serta mengajar itu , berbagi ilmu itu, hakikatnya adalah ibadah kepada Allah SWT dengan baik dan termasuk Hablum  Minannas , (hubungan manusia sesama manusia) juga.

Manfaatkanlah kesehatan yang diberikan oleh Yang Mahakuasa dengan sebaik-baiknya agar dapat lebih meningkatkan pengabdiannya kepada anak-anak tercinta.

Wahai para Ibu/Bapak sekalian, menjadi guru merupakan panggilan jiwa. Karena itu kita harus senantiasa melaksanakan tugas pengajaran tersebut dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab. Juga penuh keyakinan dan tekad yang kuat supaya kita dapat menunjukkan diri yang seutuhnya.

Sebagai guru, tugas kita tidak hanya mengajari ilmu, tapi juga mendidik akhlak yang baik. Kita harus jadi idola, teladan dan panutan mereka. Kita juga harus beradaptasi dan berpartisipasi bukan hanya di lingkungan internal sekolah, melainkan pula di lingkungan yang lebih luas lagi, yakni sosial kemasyarakatan. Bahkan di lingkungan sosial, guru dituntut melakukan banyak hal, karena  seorang guru dianggap lebih bisa dan tahu.

Jangan lupa pula, sebagai guru kita juga tidak boleh mudah menyerah menghadapi kendala-kendala dalam dunia pendidikan. Semua harus dihadapi dengan berani’demi kemajuan anak-anak didik kita, kemajuan pendidikan Indonesia. Semoga tugas yang dijalankan itu dinilai sebagai ibadah menjadi bekal di dunia dan akhirat kelak. Aamiin Yaa Robbal Aalamin .

Rupanya keterbatasan fisik bukanlah hambatan untuk berbagi, menolong sesama yang kurang mampu dan menaikan derajat hidup orang lain. Een Sukaesih telah melakoninya hampir 30 tahun tanpa pamrih. Kisah hidup, perjuangan dan pengabdiannya yang dramatis, menginspirasi dan memberi pelajaran berharga bagi kita semua.

Kapan seorang guru dikatakan inspiratif? Menurut buku Aplikasi Ilmu Phsikologi Positif : Guru Inspirasi adalah guru yang memberikan stimulasi mental yang diberikan kepada murid-muridnya di mana diharapkan dari stimulasi mental yang diberikan kepada siswa akan memberikan dampak yang lebih kuat terhadap pemahaman murid/siswa. Karena, banyaknya emosi positif yang dirasakan oleh  siswa pada saat belajar, maka penguasaan materi pembelajaran akan semakin baik.

Lalu bagaimana caranya menjadi Guru Inspiratif ?

Berdasarkan sumber literatur yang penulis dapatkan dari tulisannya Saprilina Ginting, S.Pd bahwa untuk menjadi guru yang inspiratif salah satunya dengan menggunakan PAIKEM.

Apa itu PAIKEM ? Adalah akronim dari Pembelajaran yang Aktif, inovatif, Kreatif dan Menyenangkan. Karena dengan menggunakan PAIKEM dapat menginspirasi murid untuk berfikir. Sehingga rasa ingin tahu siswa berkembang dan perubahan yang terjadi  pada diri anak ke arah yang lebih baik mudah terjadi.

Padahal, seperti yang diimbuhkan mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, kisah Guru Een sangat menginspirasi banyak pihak, terutama kalangan guru, bukan saja di Jawa Barat dan Indonesia. Bahkan mungkin dunia.

Jadi, sangat diperlukan sekali tulisan tentang kisah hidupnya yang habis dibaktikan khusus buat mengajar anak-anak untuk dijadikan literatur yang hidup dan membumi. (Sumeks 21/5/2015).

 

Agama Islam Sangat Memerioritaskan Ilmu dan Pendidikan

Sebagaimana keterangan dari dalil-dalil Nabi Muhammad Saw melalui hadits-haditsnya sebagai berikut :

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  اَدِّبُوْا اَوْلَادَكُمْ عَلَى ثَلَاثِ خِصَالٍ : حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ اَهْلِ بَيْتِهِ ÙˆÙŽ قِرَأَةُ الْقُرْأَنِ فَإِنَّ حَمْلَةَ الْقُرْأَنُ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلٌّ ظِلَّهُ مَعَ اَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَائِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

Bahwa kita dituntut sebagai orang tua, wali atau pun guru untuk mendidik anak-anak kita dalam tiga perkara, yaitu mencintai Nabi Muhammad Saw, mencintai keluarganya dan mencintai Al-Qur’an. Ketiga hal inilah yang akan menjadilan pedoman dalam pelaksanaan kehidupan di rumah tangga atau pun di lingkungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kita pun sebagai orang tua atau kepala keluarga memiliki tanggung jawab untuk diri pribadi dan keluarga dari ancaman api neraka sebagaimana Allah SWT mengingatkan dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat : 6, yaitu :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Untuk itu, maka sebagai seorang muslim kita dituntut untuk berilmu yang kemudian menjadi pemberi ilmu (guru) yang sebelumnya menuntut ilmu yaitu dengan cara belajar atau hanya menjadi pendengar (mustami’i) bahkan sebagai pecinta ilmu saja itu menjadi hal yang prioritas, namun jangan menjadi yang kelima adalah mereka yang bukan termasuk orang-orang disebutkan itu.

Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw berikut :

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:كُنْ عَالِمًا اَوْ مُتَعَلِّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتُهْلِكَ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِ )

Telah bersabda Rasulullah SAW :”Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai) atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R Baehaqi).

Dalam keseharian kita senantiasa berdo’a terutama selepas menjalankan shalat wajib yang lima mulai dari waktu bangun dari tidur dengan menjalankan shalat Shubuh sampai kita hendak tidur kembali setelah menunaikan ibadah shalat Isya, maka di penghujung shalat tidak lupa untuk berdo’a memohon kebaikan di dunia dan akhirat sebagaimana terungkap dalam suatu ayat dari surat Al-Baqarah: 201 berikut:

وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: "Dan di antara mereka ada yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka." (Al Baqarah: 201).

 

Begitu pula Nabi Muhammad Saw, menyatakan dalam sabdanya dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim sebagaimana sabdanya berikut ini :

مَنْ اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَهُمِا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ  (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمٌ )

“Barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu.  Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu” (HR. Bukhori dan Muslim).

Dalam hadits lainnya pun bahwa nilai kebaikan bagi orang yang berilmu itu, kebaikannya itu lebih baik dari seribu orang yang  mengerjakan ibadah atau ahli ibadah. Hal itu bilamana ilmu yang dimilikinya benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan perintah Allah SWT dan  sesuai pula dengan Sunnah nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw mengabarkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Daelami berikut ini :

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :  قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْعَالِمُ يَنْتَفِعُ بِعِلْمِهِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ عَابِدٍ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِ )

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami).

Terkait do’a kita kepada Allah agar diberikan kebaikan baik di dunia maupun di akhirat, maka Allah akan memberikan kepahaman dalam menjalankan agama, di mana dalam pelaksanaan amal-amal yang kita lakukan itu sesuai dengan kaidah syariah dengan menjalankan perintah Allah dan mengikuti terhadap Sunnah Rasulullah Saw.

Hal tersebut sesuai dengan keterangan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut ini :

عَنْ اِبْنُ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَ اِنَّمَا الْعِلْمُ بِاالتَّعَلُّمِ ...... (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama. Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar” (HR. Bukhori).

Maka daripada itu tidak pantas bagi orang yang bodoh maupun yang berilmu selalu berdiam diri, tidak ada usaha untuk merubah dalam hidup dan kehidupan sehari-harinya, apakah itu untuk belajar maupun untuk mengajar terhadap dirinya maupun kepada orang lain, seperti kepada keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Maka hal itu sesuai apa yang disabdakan oleh Rasulullah Saw sebagaimana keterangan berikut ini:

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَتْبَغِ لِلْجَاهِلِ اَنْ يَسْكُنَ عَلَى جَهْلِهِ وَلَا لِلْعَالِمِ اَنْ يَسْكُنَ عَلَى عِلْمِهِ (رَوَاُه الطَّبْرَانِىُّ)

Rasulullah SAW bersabda : “Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya” (H.R Ath-Thabrani)

 

Berharganya Sebuah Ilmu dan Pentingnya Ilmu

Dari hadits berikut menunjukkan betapa berharganya sebuah ilmu yang dimiliki seseorang. Orang yang berilmu yaitu ahli ilmu atau para ulama. Karena kedudukan ulama adalah sebagai pewaris Nabi. Ilmu-ilmu yang berasal dari Nabi Muhammad Saw akan diwariskan kepada para ulama, yang kemudian akan disampaikan kepada kaum atau bangsa, masyarakat dan yang lebih kecil kepada para keluarga.

Untuk itu kita harus tunduk dan patuh kepada para ulama, untuk.menjalan perintah Allah dan Sunnah Rasulullah dengan mengikuti apa yang dijalankan para ulama tersebut. Namun bila kita berbuat sebaliknya artinya tidak menaatinya, maka Allah akan mencabut ilmu dengan mengangkat para ulama dari muka bumi ini. Dan kejahilan atau kebodohan akan terjadi kembali seperti zaman sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw di jaman jahiliyah. Jadilah kaum yang sesat dan menyesatkan.

Nabi bersabda:

عَنْ عَبْدِاللهِ ابْنِ عُمَرَو بْنُ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعَالِمُ إِنْتِزَاعًا يَنْزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعُلَمَاءُ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرَكْ عَالِمًا إِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْسًا جَهْلًا فَسْئَلُوْا فَافْتُوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَ اَضَلُّوْا (اَخْرَجَهُ الْبُخَارِىْ)

Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori)

 

Jaminan Surga Bagi Orang yang Memiliki ilmu dan Mengamalkannya

Terhadap mereka yang memiliki ilmu dan mengamalkan terhadap ilmu yang dimilikinya, maka balasannya adalah surga. Untuk hal itu ada beberapa dalil-dalil atau keterangan dari Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang terungkap dalam sabdanya :

تَعَلَّمُوْا مِنَ الْعِلْمِ مَا شِئْتُمْ فَوَاللهِ لَا تُؤْتِ جَزَاءً بِجَمْعِ الْعِلْمِ حَتَّى تَعَمَّلُوْا (رَوَاهُ اَبُوْ الْحَسَنْ)

“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اُطْلُبُ الْعِلُمَ وَلَوْ بِاالصِّيْنِ فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمَ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتِهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا يَطْلُبُ ( رَوَاهُ اِبْنِ عَبْدِ الْبَرِّ )

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr)

وَعَنْ اَبِيْ دَرْدَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ :سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَبْتَغِيْ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبٍ رِضَاعًا بِمَا صَنَعَ وَاَنَّ الْعَالِمُ لِيَسْتَغْفِرْ لَهُ مَنْ فِيْ السَمَاوَتِ وَمَنْ فِيْ الْعَرْضِ حَتَّى الحَيْتَانِ فِيْ الْمَاءِ , وَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعِبَادِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ , وَ اَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ لَمْ يَرِثُوْا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَامًا , إِنَّمَا وَرِثُوْالْعِلْمَ , فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍ وَ اَفِرٍ (رَوَاهُ اَبُوْ دَاوُدْ وَ الْتِّرْمِذِيْ)

Dari Abu Darda’ R.A, beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orang-orang yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang siapa yang mengamilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian yang sempurna. (H.R Abu Daud dan Tirmidzi)

Dengan adanya keterangan-keterangan tersebut, baik dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah Saw melalui hadits-haditnya, maka dengan demikian hal tersebut menjadi motivasi bagi kita dalam beramal atas ilmu yang kita miliki, sehingga harapan kita dari ilmu yang bermanfaat itu menjadikan amalan yang  makbulan, diterima di sisi Allah SWT l, Aamiiin Yaa Robbal Aalamin.