Ramadan Bulan Literasi Al Qur'an

Kamis, 06 Mei 2021
Penulis:

407 kali dilihat

42 kali dibagikan

Ramadan Bulan Literasi Al Qur’an

Oleh : Wahyudin, M.Pd.I

Pengawas PAI Kemenag Kabupaten Bekasi

Energi literasi pada bulan Ramadan memuncak. Mengapa tidak? Selama 24 jam selalu diperdengarkan lantunan ayat suci Al Qur’an. Baik di masjid, mushalla, maupun instansi pemerintah dan swasta sangat khidmat mengisi ruang Ramadan dengan aktivitas membaca, mengaji, dialog agama dan lainnya.

Tak kalah khusyu-nya, Kemenag Kabupaten Bekasi mengadakan shalat Zuhur berjamaah di aula Kemenag dilanjutkan dengan Kultum secara bergiliran. Juga, Kepala Kanwil Kemenag Jabar bersama Tim Jabar Mengaji menyelenggarakan "Ngaji Bareng Ulama-Ulama Jawa Barat dan acara Kajian dan Tahsin Ba'da Subuh" lewat zoom meeting. Secara totalitas bernuansa literasi. Terutama Iqra selalu digaungkan. Iqra bukan sekedar membaca, tetapi include bermakna luas. Seperti diungkapkan M. Quraih Shihab (2000: 167) makna iqra itu menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya, dan sebagainya. Secara totalitas dapat dikembalikan kepada hakikat "menghimpun".

Saat saya menyampaikan Kultum pada 22 Ramadan 1442 Hjiriyah di aula Kemenag tercatat beberapa hal dalam konteks Ramadan bulan literasi dikorelasikan denga filosofis "Hidup Bersama Al Qur’an".

Pertama, Al Qur’an idealnya terus kita baca. Mengapa ayat Al Qur’an yang pertama turun surat Al Alaq? Karena dengan membaca menjadi sumber menggali ilmu pengetahuan. Semuanya diawali dengan membaca. Bahkan, perintah membaca terintegrasi dengan menulis; iqra bismirabbikallazi khalaq......allazii allama bilqalam.(QS. Al Alaq : 1-5). Perintah membaca satu paket dengan amar menuliskannya. Sehingga dapat menorehkan karya yang dapat dinikmati oleh lintas generasi dari masa ke masa. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dikatakan :"Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada orang yang membacanya".

Kedua, berupaya menghafal Al Qur’an secara bertahap. Ini diantara mukzizat Al Qur’an, mudah dihafal bagi siapapun yang berhasrat kuat untuk menghafalnya.Tahadduts binnikmah, pada malam tanggal 24 Ramadan 1442 Hijriyah, saya bersama keluarga mengikuti shalat Tarawih di masjid Syifa Budi Lippo Cikarang. Masya Allah, betapa nikmat dan khusyu-nya prosesi ibadah sunnah ini. Karena, yang menjadi imam adalah seorang hafiz. Setiap malam dituntaskan satu juz setiap pelaksanaan tarawih. Masya Allah, satu bulan penuh 30 juz. Pengalaman spiritual luar biasa, sebagai upaya strategik meningkatkan kekhusyu-an saat shalat. Bayangkan, apabila semua masjid memprogramkan pola seperti ini, sungguh luar biasa kualitas umat Islam NKRI. Mampu melestarikan Al Qur’an. Sesuai dengan Al Qur’an :"Sesungguhnya Kamil-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (QS. Al Hijr [15]:9)

Ketiga, berikhtiar dengan maksimal untuk memahami dan mengamalkan Al Qur’an. Sangat relevan dengan hadits Rasulullah SAW : "Sebaik-baik orang di antara kamu adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya (kepada orang lain). (HR. Bukhari). Tubagus Wahyudi dalam bukunya "Mengenal Manusia" (2019: 50) menjelaskan bahwa betapa tingginya keutamaan orang yang mempelajari Al Qur’an, mempelajari cara membacanya dengan tajwid yang benar, memahami kandungannya dan berusaha menghafalnya dengan baik, kemudian mengajarkannya kepada orang lain, agar petunjuk dan kebaikan yang terkandung di dalamnya tersebar dan diamalkan manusia.

Sungguh luar biasa hidup di bulan Ramadan. Momentum baik untuk meningkatkan literasi Al Qur’an. Sehingga akan lahir generasi qurani. Cinta terhadap Al Qur’an, dengan membaca, menghafal, mentadabburi dan mengamalkannya. Insya Allah, akan menguatkan kualitas umat Islam dari era ke era, terutama saat menyongsong generasi emas 2045. Wallahu 'Alam.


Kalenderwak, 24 Ramadan 1442 H / 06 Mei 2021.


Editor : Nunik