OLEH DIDIN SARIPUDIN
Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Ganeas
إنماالأعمال بالنيات ولكل امرئ مانوى ( رواه البخاريومسلم )
Rosululloh bersabda “ Artinya : Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya Dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. ( HR Bukhori Muslim).
Niat adalah isi hati untuk melakukan sebuah tindakan atau aktifitas, niat akan menentukan segala pakerjaan dan amalan seorang hamba. Dalam referensi kitab klasik niat itu adalah qosdul fi’li muqtaronan bi fi’lihi. Artinya bermaksud melakukan sesuatu dibarengi dengan pekerjaan. Niat dan pekerjaan yang kita lakukan seyogyanya dilakukan secara ikhlas. Allah berfirman dalam surat Al Bayyinah ayat 5 .
وماامرواالاليعبدواالله مخلصينله الدينØÂÙ†ÙÂاء ويقيمواالصلوة ويؤتواالزكوة وذالك دينالقيمة
Artinya :â€ÂPadahal mereka tidak disuruh, kecuali harus menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepadaNya, dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.â€Â
Bagi mereka yang benar dalam berniat untuk melaksanakan puasa Ramadhan dan sungguh sungguh dilakukan dengan ikhlas , maka dia memiliki kecenderungan untuk bisa melaksanakan puasa secara baik dan sempurna. Lalu bagi mereka yang mengucapkan niatnya hanya pada lisan saja , tidak disertai dengan keikhlasan hati, kecenderungan puasanya akan terasa berat dan terpaksa.
Kebanyakan orang saat ini hanya berniat saja , tetapi dia tidak melaksanakannya. Dia sangka dengan niat saja itu sudah cukup. Oleh karena itu maka sebaiknya berniat harus disertai dengan perbuatan yang nyata. Niat memang menentukan segala sesuatu., bahkan apabila baru berniat baik saja kita sudah mendapatkan pahala.
Pada bulan Ramadhan niat biasa dilakukan setelah taraweh. Maka apakah itu termasuk niat atau bukan? Berbeda dengan “’Azam†. Azam merencanakan suatu pekerjaan dimana hati dan ucapan sudah bersama sama tetapi pekerjaannya diakhirkan atau ditunda. Sekarang yang menjadi pertanyaan , apakah niat itu harus selalu disertai dengan pekerjaan ? atau cukup dalam hati saja.
Menurut jumhur ulama bahwa niat itu wajib dalam setiap ibadah. Menurut hemat penulis, bahwa niat itu pekerjaan hati yang sifatnya halus, yang tahu tentang niat seseorang adalah Allah SWT, dan sifatnya sirriyah. Bisa jadi orang berucap akan melakukan sesuatu, tapi hatinya tidak menyertainya maka itu tidak termasuk niat.
Niat dalam ibadah pun merupaka rukun yang menentukan sah atau tidaknya. Diterima atau tidaknya ibadah tergantung dari niatnya. Dalam puasa misalnya, orang bisa sahur dengan makan yang banyak , tetapi masih bisa batal atau tidak kuat dikarenakan karena factor niatnya. Sebaliknya ada orang yang tidak makan, tetapi kuat niatnya, maka dia mampu melaksanakan puasa dengan sempurna.
Ada beberapa hal yang menjadi perusak niat diantaranya: pertama riya. Riya: adalah melakukan suatu pekerjaan atau ibadah bukan karena Allah. Ia beramal karena ingin mendapatkan pujian manusia. Kedua sombong ; Merasa diri dalam hati punya kemampuan dan kelebihan diatas orang lain, baik sombong ucapan, sombong perbuatan maupun sombong dalam hati. Ketiga Tidak Ikhlas: Artinya pekerjaan yang dilakukan selalu ingin mendapatkan balasan dari orang lain. Ketiga hal tersebut adalah yang menjadi perusak niat dalam hati.
Semoga setiap pekerjaan yang kita lakukan, selalu dengan niat yang baik, agar kita mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Wallahu ‘alam
Editor : Tri Budiono