REORIENTASI NIAT DALAM PUASA BULAN RAMADHAN

Jumat, 31 Maret 2023
Penulis:

57 kali dilihat

62 kali dibagikan

OLEH DIDIN SARIPUDIN

Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Ganeas

 

إنماالأعمال بالنيات ولكل امرئ مانوى ( رواه البخاري ومسلم )  

 

Rosululloh bersabda “ Artinya : Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya Dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. ( HR Bukhori Muslim).

Niat adalah isi hati untuk melakukan sebuah tindakan atau aktifitas, niat akan menentukan segala pakerjaan dan amalan  seorang hamba. Dalam referensi kitab klasik niat itu adalah qosdul fi’li muqtaronan  bi fi’lihi. Artinya  bermaksud melakukan sesuatu dibarengi dengan pekerjaan. Niat  dan pekerjaan  yang kita lakukan seyogyanya  dilakukan secara ikhlas. Allah berfirman dalam surat Al Bayyinah ayat 5 .

وماامرواالاليعبدواالله مخلصين له الدين حنفاء ويقيمواالصلوة ويؤتواالزكوة وذالك دين القيمة

Artinya :”Padahal mereka tidak disuruh, kecuali harus menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepadaNya,  dalam menjalankan  agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah  agama yang lurus.”

Bagi mereka yang benar dalam berniat untuk melaksanakan puasa Ramadhan dan sungguh sungguh dilakukan dengan ikhlas , maka  dia memiliki kecenderungan untuk  bisa melaksanakan puasa secara baik dan sempurna. Lalu bagi mereka yang mengucapkan niatnya hanya pada lisan  saja , tidak disertai dengan keikhlasan hati, kecenderungan  puasanya akan terasa berat dan terpaksa.

Kebanyakan orang saat ini hanya berniat saja , tetapi dia tidak melaksanakannya. Dia sangka dengan niat saja itu sudah cukup. Oleh karena itu maka sebaiknya berniat  harus disertai dengan perbuatan yang nyata. Niat memang menentukan segala sesuatu., bahkan apabila baru berniat baik saja kita sudah mendapatkan pahala.

Pada bulan Ramadhan niat biasa dilakukan setelah taraweh. Maka  apakah itu termasuk niat atau bukan? Berbeda dengan “’Azam” . Azam merencanakan suatu pekerjaan dimana hati dan  ucapan  sudah bersama sama tetapi  pekerjaannya diakhirkan atau ditunda.  Sekarang yang menjadi pertanyaan , apakah niat itu harus selalu disertai dengan pekerjaan ?  atau cukup dalam hati saja.

Menurut jumhur ulama bahwa niat itu wajib  dalam setiap ibadah.  Menurut hemat penulis, bahwa niat itu  pekerjaan hati yang sifatnya halus,  yang tahu tentang niat seseorang adalah  Allah SWT, dan sifatnya sirriyah. Bisa jadi orang berucap akan melakukan sesuatu, tapi hatinya tidak  menyertainya maka itu tidak termasuk niat.

Niat dalam ibadah pun merupaka rukun yang menentukan  sah atau tidaknya.  Diterima atau tidaknya  ibadah  tergantung dari niatnya. Dalam puasa misalnya,  orang bisa sahur dengan makan yang  banyak , tetapi masih bisa batal atau tidak kuat dikarenakan karena factor niatnya. Sebaliknya ada orang yang tidak makan, tetapi kuat niatnya, maka dia  mampu melaksanakan puasa dengan sempurna.

Ada beberapa hal yang menjadi perusak niat diantaranya: pertama  riya. Riya:  adalah  melakukan suatu pekerjaan  atau ibadah   bukan karena Allah. Ia beramal karena ingin mendapatkan pujian manusia. Kedua sombong ; Merasa diri dalam hati punya kemampuan dan kelebihan diatas orang lain, baik sombong ucapan, sombong perbuatan maupun sombong dalam hati. Ketiga  Tidak Ikhlas: Artinya pekerjaan yang dilakukan selalu ingin mendapatkan balasan dari orang lain. Ketiga hal tersebut adalah  yang menjadi perusak niat dalam hati.

Semoga setiap  pekerjaan yang kita lakukan, selalu dengan niat yang baik, agar kita  mendapatkan pahala  dari Allah SWT. 

Wallahu ‘alam

Editor : Tri Budiono