Rumah Hancur, Mengungsi di Rumah Mertua

Sabtu, 26 November 2022
Penulis:

118 kali dilihat

28 kali dibagikan

HARUN Nasib (38) sama sekali tidak menduga akan kehilangan tempat tinggalnya begitu cepat. Rumahnya yang berlokasi di Kp. Cugenang RT 03 RW 01, Desa Cijedil, Kec. Cugenang Kab. Cianjur, kini rata dengan tanah. Gempa bumi bermagnitudo 5,6 itu telah menghancurkannya. Dia bersama istri dan anaknya kini mengungsi di rumah mertuanya di Jebrod.

Pria kelahiran Cianjur tahun 1984 itu begitu terpukul. “Tanah dan bangunan merupakan peninggalan dari orangtua. Kini sudah rata dengan tanah. Saya belum bisa membangun rumah dari hasil jerih payah sendiri. Maklum, saya masih bekerja sebagai pramukantor,” katanya. 

Suami istri ini adalah sarjana. Harun menyandang gelar sarjana pendidikan Islam, sementara istrinya, Enang Siti Aisah, bergelar sarjana pendidikan. Sejak tahun 2002, Harun tercatat sebagai pegawai honorer di KUA Cugenang. Daerah ini memang menjadi lokasi terparah pada bencana gempa bumi tersebut. 

Aktivitas sehari-harii Harun, menunggui KUA sekaligus sebagai petugas kebersihan. Sambil membantu mengerjakan pendokumentasian PNBP NR untuk dikirim ke Kemenag Cianjur. Juga membantu aktivitas Mesjid Besar Attaqwa Cugenang. Baik masjid maupun KUA-nya kini rusak berat.  

Saat kejadian gempa bumi itu, pegawai di KUA Cigenang sedang bekerja seperti biasa. Harun sedang mengetik surat yang berkaitan dengan pernikahan dan mengunduh foto dokumentasi calon pengantin. Sekitar pukul 13.20 tiba-tiba terasa bangunan kantor berguncang keras.

“Begitu menyadari apa yang terjadi, kami berhamburan keluar kantor. Genting-genting berjatuhan. Bumi yang dipijak terasa bergoyang-goyang. Orang-orang panik, sambil melantunkan takbir berulang-ulang,” tutur Harun Nasib.

Segera saja Harun menuju rumahnya. Ternyata dari 22 rumah yang ada di kampungnya sudah porak poranda, termasuk rumah dan tanahnya yang berukuran sekitar 200 meter persegi. . Diketahui kemudian, dari 16 desa yang ada di Cugenang, 14 desa di antaranya mengalami kerusakan berat. Saat peristiwa itu anak istrinya sedang berada di luar Cianjur.

Belum dapat bantuan

Pegawai PAH KUA Cugenang non-ASN ini mengaku belum tahu sampai kapan mengungsi di rumah mertuanya. Meskipun dalam kondisi darurat, dia tetap memantau tempat kerjanya. Sebab di situ banyak dokumen negara yang harus dijaga.  

“Hingga kini, belum ada yang memberi bantuan pakaian. Baju saya hanya yang tersimpan di KUA berupa batik hijau Kemenag, batik PAH dan kaos HAB Kemenag. Semua pakaian keluarga kami ikut terkubur dalam rumah yang hancur itu,” tutur ayah dari Muhammad Agnaya Kamilan ini.

Tapi dia bersyukur karena pada Jumat pekan lalu sudah mendapatkan bantuan berupa berupa sembako terdiri dari beras 5 kg, mi instan 5 bungkus, minyak goreng ½ kg, gula pasir 1 kg, susu, dan kopi.  

Bantuan serupa juga datang pada hari Minggu. Selain sembako ada pula air minum dalam kemasan, pasta gigi, sabun mandi, obat nyamuk, minyak kayu putih dan kaos. “Kalau bantuan uang, sejauh ini belum ada yang memberi,” ujarnya.

*** Eva Nurwidiawati Pranata Humas Ahli Madya Kanwil Kemenag JabarÂÂ