Indonesia Emas 2045 Tergantung Generasi Muda Saat Ini

Kamis, 10 Agustus 2023
Penulis: eva

207 kali dilihat

57 kali dibagikan

no image

Jl. Jatinangor  -  Kab. Sumedang (HUMAS Bidang Pendidikan Agama Islam)

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, Drs. H. Ajam Mustajam, M. Si, mengatakan, Indonesia akan mengalami usia emas pada tahun 2045. Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad. Di masa itu, ditargetkan Indonesia sudah menjadi negara maju dan telah sejajar dengan negara adidaya.

“Namun demikian, target tersebut sangat tergantung pada kerja keras adik adik saat ini,” ujar Ajam Mustajam pada acara “Penguatan Moderasi Beragama bagi Siswa SMA dan SMK di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat”, Rabu (09/08/2023), di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor Sumedang.  

Dikatakan, jika para siswa SMA/SMK saat ini belajar sungguh-sungguh dan menyebarkan virus kebaikan, masa depan nanti akan penuh kegemilangan. “Ayo kita isi masa depan adik-adik dengan selalu memberikan kebaikan pada siapa pun dan bisa bermanfaat untuk siapa pun. Isi kemajuan teknologi informasi dengan konten-konten yang bernilai kebaikan,” tuturnya.

Sebagai anak bangsa, lanjutnya, generasi muda harus bisa menjadi contoh bagi masyarakat dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama yang moderat. Juga harus mampu menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. 

Ajam menjelaskan, moderasi beragama bukanlah moderasi ajarannya. Agama tidak perlu di moderasi, karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan, dan keseimbangan. Moderasi harus dilakukan pada cara pandang dan sikap umat beragama dalam memahami dan menjalankan agamanya. 

Tidak ada agama yang mengajarkan ekstrimis. Tapi tidak sedikit orang yang memaknai dan menjalankan ajaran agamanya secara ekstrem. Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan perilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk negeri ini, dari dulu hingga sekarang.

“Tantangan kita ke depan semakin berat. Musuh kita ada dua. Pertama, makhluk yang kelihatan hidup, seperti kita sekarang. Kedua, makhluk ciptaan manusia yang tidak Nampak. Apa itu, ya media sosial. Di medsos, banyak orang dengan mudah mengkafirkan orang lain demi memperoleh follower yang banyak. Masa depan bangsa Indonesia tahun 2045 adalah milik kalian yang sedang belajar saat ini,” ujarnya. 

Seluruh agama

Pada kesempatan tersebut Ajam juga menjelaskan, Kementerian Agama bukanlah kementerian salah satu agama. Tetapi Kementerian Agama adalah lembaga yang mengurus seluruh agama. Ajam berharap pada kegiatan selanjutnya, ditampilkan peserta dari beberapa agama yang ada di Jawa Barat. Dengan demikian, makna moderasi beragama bisa lebih terasa kebersamaannya, dan tidak terkesan diskriminatif.  

Kementerian Agama Republik Indonesia, lanjutnya, adalah kementerian dalam pemerintah Indonesia yang membidangi urusan agama. Kemenag dipimpin Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Sebagai penjabaran visi dan misi, tujuan pembangunan Kemenag adalah meningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan beragama. Pengukuhan suasana kerukunan hidup umat beragama yang harmonis sebagai salah satu pilar kerukunan nasional.

“Kementerian ini bertugas dalam melayani semua masyarakat terlepas dari agama yang dianut oleh masyarakat tersebut. Seperti yang telah diketahui, ada enam agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu,” ungkapnya. 

Dalam hal ini Kementerian Agama wajib mengawal suksesnya tujuh program prioritas Kemenag. Salah satunya adalah moderasi beragama. Pemerintah pun menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu program nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Hadir pada acara tersebut Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Jabar, Dr. H. Hanif Hanafi, M.Si., dan para ketua tim. Dalam pembukaan acara, Hanif menyampaikan tujuan kegiatan tersebut yaitu menanamkan nilai- nilai keagamaan. Diharapkan siswa mampu memahami dan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari mengenai toleransi, kerukunan dan persamaan hak. Juga meningkatkan kesadaran akan pentingnya keberagaman yang moderat dan toleran di kalangan siswa.

Kontributor : Eva Nurwidiawati 

Editor : Tri Budiono