Kakanwil : Guru Madrasah Wajib Kuasai Empat Bahasa

Minggu, 17 September 2023
Penulis: eva

125 kali dilihat

33 kali dibagikan

no image

Cibadak - Kabupaten Sukabumi (HUMAS Bagian Tata Usaha) 

Kepala Kanwil Kemenag Jabar, Drs. Ajam Mustajam, M.Si., menegaskan, selama ini pendidikan madrasah masih menghadapi kekurangan dalam bidang bahasa. Karena itu para guru di madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasal Aliyah (MA) di Jawa Barat wajib menguasai minimal empat bahasa yaitu bahasa Indonesia, Sunda, Arab dan Inggris. 

“Silakan cari metodenya seperti apa. Siap atau tidak siap , saya akan mengeluarkan instruksi atau yang sifatnya tugas, sebagai upaya memperbaiki kekurangan ini,” kata Ajam pada acara “Ngobrol Sareng Kakanwil” yang berlangsung hari Sabtu (16/09/2023), di MAN 1 Kabupaten Sukabumi. Pada kesempatan itu diresmikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di madrasah tersebut.  

Hadir pula Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Jabar Drs. H. Muhammad Ali Abdul Latief, M. Ag., Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi Drs. H. Asep Hidayat, MM dan para kepala bidang di lingkungan Kanwil Kemenag Jabar yang menyampaikan program kerjanya. Acara ditutup tausyiah Katim Peningkatan Kualitas Penerangan dan Penyuluhan Agama Islam pada Bidang Penais Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kanwil Kemenag Jabar

Dalam soal kemahiran berbahasa asing itu, Ajam Mustajam mencontohkan apa yang sudah diterapkan di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo Jatim. Mereka yang datang ke Ponpes Gontor, pada mulanya tidak semua bisa dan menguasai bahasa Arab ataupun Inggris. Tetapi setelah berada selama enam tahun di Gontor, mereka akhirnya bisa menguasai kedua bahasa internasional itu. 

“Menurut saya , hal tersebut bisa terjadi karena dipaksa. Ada aturan yang membuatnya mereka menjadi mahir berbahasa Arab dan Inggris. Berkaitan dengan itu, silakan dipikirkan dan dilaksanakan untuk semua tenaga pendidik madrasah. Misalnya, minimal 1 hari kita menghapal lima kosa kata. Coba saja terapkan untuk guru dan siswa. Dalam satu tahun bisa dilihat hasilnya bagaimana,” tutur Ajam.

Sukabumi merupakan salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Maka penguasaan tiga sampai empat bahasa itu sangat bermanfaat untuk siswa madrasah di masa datang. Mereka bisa terlibat dalam bidang pariwisata yang memiliki nilai plus dalam soal bahasa. 

Persiapkan ahli waris

Dijelaskannya, para guru madrasah adalah orang yang mempersiapkan ahli waris berikutnya. Pada 2034-2045 mendatang, manusia yang hidup di muka bumi ini berusia 60 tahun ke bawah. Pada tahun 2045 sekitar 70 persen penduduk bumi usia produktifnya antara 30-60 tahun. Maju mundur negeri ini di masa depan, tergantung pada maju mundurnya kondisi saat ini. 

“Untuk menyongsong tahun 2045, semuanya ada di tangan bapak ibu sekalian sebagai guru dan kepala madrasah. Saya ingin mengajak, mari kita mempersiapkan untuk generasi ke depan. Mari kita mengubah dan memperbaiki segala bentuk ketertinggalan. Kita mempertahankan yang sudah baik kemudian kita mengejar dari segala ketertinggalan,” ujar Ajam.

Untuk siswa madrasah, Ajam menambahkan, hendaknya bersyukur karena bisa belajar di lembaga tersebut. Karena dengan menuntut ilmu di madrasah, minimal siswa madrasah bisa menguasai dua hal yaitu menguasai untuk bekal di akhirat, kemudian bisa menguasai sains dan teknologi. Hal ini belum tentu didapati oleh siswa lain d lembaga pendidikan yang lain. 

Hari ini banyak pemimpin pemimpin yang latar belakangnya pendidikan pondok pesantren. Ajam berharap semoga pemimpin yang lahir di masa datang, berlatar belakang madrasah baik negeri ataupun swasta. Untuk siswa madrasah, jangan pernah bosan dan lelah untuk belajar, kuasa ilmu pengetahuan tentang dunia dan bekal ke akhirat nanti.

Menurut Ajam, tugas kepala madrasah dan guru madrasah sangat berat. Karena harus mempersiapkan dan mempertahankan pendidikan. Zona integritas hanya alat, tetapi tujuannya harus benar-benar dijadikan amanah. “Maka tanggung jawab para guru ini sangat berat. Jadilah guru yang moderat, seorang guru yang bisa menerima kekurangan dan kelebihan orang lain,” ucapnya.

MAN Insan Cendekia 

Pada kesempatan tersebut, Ajam juga menyampaikan rencana Kanwil Kemenag Jabar untuk memiliki MAN Insan Cendekia (IC). Untuk mewujudkan itu, Pemprov Jabar telah menghibahkan tanah seluas seluas 10 hektare kepada Kemenag RI, yang berlokasi di Desa Sakurjaya Kab. Sumedang. Percepatan perkembangan status tanah hibah untuk MAN IC tersebut dipantau langsung Kakanwil Kemenag Jabar.

“Keinginan untuk membangun MAN IC, sebagai bagian upaya peningkatan kualitas pendidikan madrasah di Jawa Barat. Mutu pendidikan MAN IC sangat unggul. Saat ini MAN IC dari berbagai provinsi sudah masuk peringkat 10 besar pendidikan berkualitas terbaik di Indonesia," ujar Ajam.

Diungkapkan, seleksi ketat yang dilakukan dalam pemilihan guru dan siswanya menjadi salah satu faktor penting yang menjadikan MAN IC memiliki kualitas pendidikan yang unggul. Konsep ini yang akan diadopsi untuk peningkatan kualitas pendidikan madrasah di Jawa Barat.

Lilin kecil

Sementara itu tentang penyuluh agama, Ajam mengibaratkannya sebagai lilin kecil yang bisa menerangi Lorong-lorong kehidupan umat beragama. Pihaknya sangat punya kepentingan kepada para penyuluh. Mereka adalah ASN Kemenag yang vertikal, yang melaksanakan kebijakan Menteri berdasarkan undang-undang . 

“Penyuluh Jangan terpengaruh dan dipengaruhi. Para penyuluh harus bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat. Bisa membedakan dan menolak kata-kata yang keluar dari mulut manis menjadi penyakit, dan bisa menerima kata-kata yang keluar dari mulut yang pahit menjadi obat,” ujarnya

Dia berpesan, jangan sampai ada penyuluh yang terjerat dari pinjaman online. Hal itu akan mengganggu tugas dan fungsi sebagai penyuluh. Pinjaman seperti itu akan merugikan perekonomian keluarga dan mengganggu dalam pelaksanaan pekerjaan.

Ajam juga berpesan, orang sukses bisa memberikan dan menyebarkan kebaikan pada orang lain. Hal itu bisa diwujudkan dalam program memberikan infak sukarela. ASN harus ikut melaksanakannya dan mengajak kepada yang lainnya. Kekuatan yang luar biasa ini, berada pada para penyuluh, para guru, para pengawas para kepala KUA.  

“Mari bersama menuntaskan persoalan stunting. Memberantas kemiskinan dengan menggerakkan infak sukarela yang kita pelopori, dengan mengajak masyarakat agniya yang ada di sekitar Kabupaten Sukabumi. Uang infaknya bisa dititipkan ke bagian UPZ Kementerian Agama yang nanti bisa diserahkan kepada kaum yang membutuhkan,” jelasnya.

Kontributor : Eva Nurwidiawati 

Editor : Tri Budiono